HELPING SKILL
(REFLEKSI DAN FOCUSSING)
MAKALAH
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah : Teknik dan Manajemen
Bimbingan dan Konseling Islam
Dosen Pengampu : Hj. Mahmudah, S.Ag.,
M.Pd.
Disusun oleh :
Sri Ristiyani (1401016005)
Firida Sania Nur Azmi (1401016012)
Alfanita Nur Mukhlisoh (1401016021)
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2016
I.
PENDAHULUAN
Bagi seorang konselor menguasai teknik
konseling adalah mutlak. Sebab dalam proses konseling, teknik yang baik adalah
kunci keberhasilan menuju tercapainya tujuan konseling. Seorang Konselor yang
efektif harus mampu merespon klien dengan teknik yang benar, sesuai keadaan
klien saat itu. Respon yang benar adalah respon yang mampu mendorong,
merangsang, dan menyentuh klien sehingga klien dapat terbuka untuk menyatakan
dengan bebas perasaan, pikiran dan pengalamannya. Selanjutnya klien harus terlibat
dalam diskusi mengenai dirinya.
Keterampilan Refleksi adalah
keterampilan pembimbing atau Konselor untuk memantulkan kembali kepada klien
tentang perasaan, pikiran, dan pengalaman klien. Merefleksikan perasan
tidak semudah kalau merefleksikan isi. Jika seorang konselor hanya merefleksikan
isi. Maka sebenarnya Konselor belum dapat memahami makna pengalaman yang
dialami kliennya.
Focussing yaitu mengarahkan dan mempertahankan
perhatian Konselor pada segala sesuatu (on topic, on client, on other). Untuk
dapat mempertahankan perhatian Kita dari hubungan, pengetahuan yang mendalam,
prestasi karier, ketenangan pikiran dan nilai ujian yang tinggi, agar Kita bisa
belajar untuk fokus.
II.
RUMUSAN MASALAH
A.
Apa helping skill refleksi?
B.
Apa helping skill focussing?
C.
Bagaimana aktualisasi dari dua hal tersebut?
III.
PEMBAHASAN
A.
REFLEKSI
1.
Definisi Refleksi
Refleksi bisa didefinisikan sebagai upaya Konselor
untuk memperoleh informasi lebih mendalam tentang apa yang dirasakan oleh klien
dengan cara memantulkan kembali perasaan, pikiran, dan pengalaman klien. Hal
ini harus dilakukan Konselor sebab sering klien tidak menyadari akan perasaan,
pikiran, dan pengalamannya yang mungkin menguntungkan atau merugikannya.
Dalam hal ini, seorang Konselor dituntut
untuk menjadi pendengar yang aktif. Hal senada juga diungkapkan oleh Bolton
(2003) yang menyatakan bahwa mendengar adalah lebih dari mendengar saja. Lebih
khusus, ia mengatakan dalam proses mendengarkan terdapat unsur menyimak, yang
berarti konselor harus memperhatikan sungguh-sungguh pesan yang disampaikan
oleh klien.[1]
Jika dia menyadari akan perasaannya, maka
klien mungkin akan segera mengubah perilakunya ke arah positif. Namun tidaklah
mudah bagi seorang calon konselor untuk menangkap dan memahami perasaan dan
pikiran serta pengalaman, lalu mengungkapkannya kembali kepada klien dengan
bahasa calon konselor sendiri. Karena ini seorang calon konselor haruslah
dilatih secara terus-menerus dan bertahap mengenai keterampilan refleksi ini.
2.
Materi dalam refleksi
1.
Pengamatan bahasa lisan klien.
2.
Pengamatan perilaku nonverbal.
3.
Merefleksikan perasaan, pikiran atau
pengalaman klien dengan bahasa konselor yang dimulai:
a.
“Nampaknya
yang anda katakan adalah...”
b.
“Barangkali anda
merasa...”
c.
“Hal itu rupanya
seperti...” (paraphrase)
d.
“Kelihatannya yang
anda maksudkan adalah...”
e.
“Nampaknya anda
mengalami...”
Contoh 1 (dalam dialog konseling):
Klien : “Saya
takut masuk sekolah karena guru akan memarahi saya. Tapi jika saya tidak masuk
sekolah pasti ayah saya akan marah besar”.
Konselor : “Nampaknya anda sungguh merasa sangat
tertekan saat ini”.
Contoh
2:
Klien :“Guru itu sialan, saya membencinya. Saya
tidak akan mengerjakan PR-nya. Saya tidak akan mengerjakan bagaimanapun juga”.
Konselor : “Tampaknya anda sungguh-sungguh marah”.
Contoh
3:
Klien : “Saya mau menyatakan harapan kepadanya. Tapi
saya takut kalau cinta saya ditolak. Mau minta bantuan orang lain saya merasa
malu”.
Konselor : “Nampaknya anda dalam keadaan bingung”.
Contoh
4:
Klien : “Makin hari kehidupan kami makin sulit. Bahkan
berita terakhir rumah kami akan digusur, sedangkan bapak saya jadi
sakit-sakitan”,
Konselor : “Tampaknya anda mengalami penderitaan yang
amat hebat”.[2]
3.
Jenis-jenis refleksi
Ada dua jenis refleksi yaitu:
a.
Reflecting feeling (Merefleksi Perasaan)
Maksudnya yaitu bahwa konselor mencerminkan
kembali perasaan yang disampaikan oleh klien.
Contoh:
Klien :“Saya
begitu yakin akan menamatkan sekolah pada usia sekarang. Tetapi saya gagal
menyelesaikannya. Saya merasa bodoh”
Konselor :“jadi,
kegagalan itulah yang menyebabkan Anda merasa bodoh?
b.
Refleksi meaning (Merefleksikan Makna atau Arti)
Apabila perasaan dan fakta dicampurkan dalam suatu respons yang akurat,
hal inilah disebut sebagai refleksi makna atau arti.
Contoh:
Klien : “Ibu guru saya terus-menerus
bertanya tentang kehidupan saya. Saya tidak ingin melakukan hal itu.”
Konselor :
“Anda merasa jengkel karena dia tidak merespect privasi Anda.”
4.
Ciri-ciri respon refleksi
a. Tidak
menilai (non judgmental)
b. Refleksi
akurat dari apa yang dialami oleh pihak yang lain.
c. Ringkas
d. Kadang-kadang
lebih banyak atau dalam dan pada kata-kata yang terucap.[3]
5.
Tujuan dan prosedur latihan
Latihan refleksi bertujuan untuk memberikan
kemampuan dan keterampilan kepada calon konselor agar dia dapat merefleksikan
perasaan, pikiran dan pengalaman klien melalui pengamatan perilaku verbal dan
nonverbal.
Berikut
ini adalah prosedur latihan refleksi :
a.
Pembimbing menuliskan beberapa ucapan klien
dan calon konselor berusaha merespon dengan refleksi perasaan, pengalaman dan
ide.
b.
Buat kelompok dua orang ditambah tiga
pengamat. Seorang menjadi klien mengucapkan kalimat, dan calon konselor
merespon dengan refleksi.
c.
Para pengamat menilai perilaku refleksi
calon konselor dan selanjutnya diadakan diskusi kelas atau kelompok.[4]
B.
FOCUSSING
1.
Pengertian Focussing
Konselor dapat melakukan Focussing
(Pemusatan). Pemusatan adalah keterampilan
konselor yang memungkinkan
mengarahkan arus pembicaraan
konseli ke arah
daerah atau bidang
yang konselor inginkan.
2.
Jenis-Jenis pada Focussing
Ada beberapa focussing yang dapat dilakukan oleh konselor, yaitu:
Pemusatan terarah kepada:
a.
On Topic
Ko: “Pengguguran kandungan?”.
Kamu memikirkan aborsi?” Sebaiknya pikirkan masak-masak dengan
berbagai pertimbangan!”.
Keterangan: Focussing dapat membantu
konseli untuk memusatkan
perhatian pada pokok pembicaraan. dapat digunakaan pada sesi
tengah atau akhir dan menyesuaikan percakapan.
b.
On Client
Ko: ”Tom, Anda mengatakan bahwa Anda mengkhawatirkan masa depan Anda mengenai…..”
c.
On Other
Ko:
“Roni telah membuat
Kamu menderita. Terangkan tentang
Dia, dan apa yang telah
dilakukannya?”.
Selain focussing, konselor juga dapat
melakukan Directing (Mengarahkan). Dimana, Directing adalah suatu
ketrampilan konseling yang
mengatakan kepada konseli agar
dia berbuat sesuat,
atau dengan kata
lain mengarahkannya agar melakukan sesuatu. Misalnya meminta
konseli untuk bermain peran dengan konselor, atau mengkhayalkan sesutau.
Misalnya:
Ki:
“Ayah Saya
sering marah-marah tanpa
sebab, saya tidak
dapat lagi menahan diri.Akhirnya
terjadi pertengkaran sengit”.
Ko:
“Dapatkah Anda memerankan di
depan Saya bagaimana sikap dan kata-kata Ayah Anda jika memarahi Anda?”
Keterangan: Memberikan arahan kepada konseli agar lebih
memahami masalhah yang di hadapi. dapat digunakaan pada sesi tengah atau akhir
dan menyesuaikan percakapan
Selain
itu, konselor harus dapat memberikan saran. Advice adalah ketrampilan konselor untuk memberikan
informasi atau nasehat kepada konseli
agar ia menjadi lebih jelas atau lebih
pasti mengenai apa yang hendak
dilakukan. Ada 3 jenis Advice , yaitu:
a.
Direct advice
Diberikan jika konseli tidak tahu sama sekali, atau pemberian nasehat secara
langsung bagi permintaan konseli berupa fakta, yang dia sama sekali tidak
mempunyai informasi tentang hal itu.
Misalnya: Konseli menanyakan suatu informasi yang
tidak diketahuinya kepada konselor dan kebetulan konselor
tidak tahu. Misalnya, informasi mengenai
kegiatan ekstrakurikuler, maka respon;
Ko: “Kebetulan ibu tidak tahu mengenai
informasi itu, maka sebaiknya
Anda datang langsung
kesekretariat kegiatan ekstra
yang Anda maksudkan”.
b.
Persuasive
advice
atau nasehat persuasive
Diberikan
jika konseli sudah mengetahui
alasan-alasan logis atas rencananya, misalnya: Konseli menceritakan
mengenai keadaannya, bahwa
dia tidak kerasan tinggal ditempat
kosnya karena dia
tidak bisa konsentrasi
belajar, dengan mengemukakan berbagai alasan, maka respon;
Ko: “Berdasarkan
alasan-alasan yang anda kemukakan
maka bagus, bila
rencana itu dilaksanakan”.
c.
Alternative advice atau
nasehat alternatif
Diberikan
setelah konseli mengetahui
kelebihan dan kelemahan dari
setiap alternatif tindakan yang akan diputuskan. Diharapkan dari
advice ini adalah jika
advice diterapkan secara efektif
dan bekerjasama, konseli
akan menggunakan informasi
baru untuk memikirkan perbuatan
dengan cara-cara baru pula. dapat digunakaan pada sesi tengah atau akhir dan
menyesuaikan percakapan.[5]
C.
CONTOH AKTUALISASI DI LAPANGAN
Di bawah ini adalah
contoh aktualisasi dilapangan dalam penerapan refleksi dan focussing:
Ki: “Assalamu’alaikum.”
Ko: “Wa’alaikumsalam.
Silahkan duduk.”
Ki: (Duduk dengan mimik muka kesal)
Ko:
“Mohon maaf sebelumnya, ada apa Mba Sania, kok keliatan begitu kesal?.” (Focussing
On Client)
Ki:
“Begini Ka, Saya mempunyai teman se-kos yang tidak sepemahaman dengan Saya,
sehingga membuat Saya merasa kurang begitu nyaman disana.
Ko:
“Nampaknya, Mba Sania merasa kurang nyaman disana ya.” (Refleksi)
Ki:
“Iya. Rasanya Saya ingin pindah kos”.
Ko:
“Pindah kos? Apa yang membuatmu merasa tidak nyaman disana? Coba Sania pikirkan
kembali dengan
berbagai pertimbangan.” (Focussing On Topic)
Ki: “InshaAllah Ka, Saya pertimbangkan kembali. Entah
mengapa, seringkali teman Saya selalu membuat keributan. Saya tidak dapat
menahan diri. Akibatnya, sering terjadi pertengkaran sengit.”
Ko: “Dapatkah Anda memerankan di depan Saya. Bagaimana
sikap dan kata-kata teman Mba Sania saat memarahi Mba?” (Focussing On Other
and directing)
Ki: (Praktek)
Ko: “Sebaiknya, Mba Sania jika merasa tidak salah, Mba
bisa menjelaskan dengan bahasa yang halus. Jadi, tidak ikut serta emosi.” (Advice).
IV.
KESIMPULAN
Refleksi bisa didefinisikan sebagai upaya konselor
untuk memperoleh informasi lebih mendalam tentang apa yang dirasakan oleh klien
dengan cara memantulkan kembali perasaan, pikiran, dan pengalaman klien. Hal
ini harus dilakukan konselor sebab sering klien tidak menyadari akan perasaan,
pikiran, dan pengalamannya yang mungkin menguntungkan atau merugikannya.
Konselor dapat melakukan Focusing
(Pemusatan). Pemusatan adalah ketrampilan
konselor yang memungkinkan
mengarahkan arus pembicaraan
konseli ke arah
daerah atau bidang
yang konselor inginkan.
[1] Namora Lumongga Lubis, Memahami Dasar-dasar Konseling dalam Teori
dan Praktik, Jakarta: Kencana, 2011, hlm. 93
[4]Sufyan S. Willis, Konseling
Individual Teori Dan Praktek, Bandung: Alfabeta, 2011. Hlm. 185
[5] Soeharto, dkk. Modul
Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG) Modul, Media, dan Evaluasi Bimbingan
dan Konseling. Surakarta:
2011. Hlm.111-117.
DAFTAR PUSTAKA
Lumongga Lubis,Namora.Memahami
Dasar-dasar Konseling dalam Teori dan Praktik. Jakarta: Kencana. 2011.
Soeharto, dkk. Modul
Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG) Modul, Media, dan Evaluasi Bimbingan
dan Konseling. Surakarta:
2011. Panitia Sertifikasi Guru
Rayon 113 Universitas Sebelas Maret.
Willis, Sufyan. Konseling Individual Teori Dan Praktek. Bandung: Alfabeta. 2011.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar