TUGAS UJIAN AKHIR SEMESTER
Mata Kuliah : Teknik dan Manajemen BKI
Dosen Pengampu: Hj. Mahmudah, S.Ag., M.Pd.
DisusunOleh:
AlfanitaNurMukhlisoh
(1401016021)
BPI A.5
0899 366 2763
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2016
1. Sebutkan dan jelaskan penggunaan teknik dalam masing-masing tahapan dalam
konseling (berikan contoh verbatimnya)!
Jawab:
Dalam tahapan konseling terdapat tahap awal, inti (tahap kerja) dan tahap
akhir (tindakan). Oleh karena itu, perlunya konselor dalam memahami dan mampu
melaksanakan beberapa teknik-teknik tahapan konseling dengan baik,diantaranya;
1)
Perilaku Attending,yangmana disebut
juga perilaku menghampiri klien. Hal ini mencangkup komponen seperti; kontak
mata, bahasa tubuh, dan bahasa
lisan.Perilaku attending yang baik dapat menimbulkan hal positif, seperti
meningkatkan harga diri klien, menciptakan suasana yang aman, dan mempermudah
eksperesi perasaan klien dengan bebas. Teknik ini termasuk dalam tahap awal
konseling. Contoh:
NO
|
Bentuk perilaku
|
Perilaku Attending Baik
|
Perilaku Attending Tidak Baik
|
1.
|
Kepala
|
Mengangguk apabila setuju
|
Kaku
|
2.
|
Ekspresi Wajah
|
Tenang, Ceria dan Senyum
|
Kaku, Melamun, Mengalihkan pandangan, Mata
melotot
|
3.
|
Posisi tubuh
|
Duduk akrab berhadapan atau berdampingan,
agak condong ke arah klien, jarak konselor dan klien agak dekat
|
Tegak, kaku, bersandar, miring, jarak duduk
dengan klien menjauh, berpaling dan kurang akrab
|
4.
|
Perhatian
|
Terarah pada lawan bicara
|
Terpecah, mudah buyar oleh gangguan luar
|
2)
Empati, yaitu kemampuan konselor untuk merasakan apa
yang dirasakan klien (merasa dan berpikir bersama klien. Hal ini dilakukan
sejalan dengan perilaku attending.Teknik ini termasuk dalam tahap awal
konseling. Contoh:
Macam Empati
|
Pengertian
|
Contoh Ungkapan
|
Empati Primer
|
Yaitu bentuk empati yang hanya berusaha memahami
perasaan, pikiran dan keinginan klien dengan tujuan agar klien dapat terlihat
dan terbuka
|
”Saya mengerti apa yang Anda inginkan.”
”Saya dapat merasakan bagaimana perasaan Anda”
|
Empati Tingkat Tinggi
|
Yaitu empati apabila kepahaman konselor terhadap
perasaan, pikiran, keinginan serta pengalaman klien lebih mendalam dan
menyentuh klien karena, konselor ikut dengan perasaan tersebut. Sehingga,
klien tersentuh dan terbuka.
|
”Saya dapat merasakan apa yang Anda rasakan, dan Saya
ikut bahagia dengan apa yang telah Anda dapatkan itu”
|
3)
Refleksi,adalah teknik untuk memantulkan kembali kepada
klien tentang perasaan, pikiran dan pengalaman sebagai hasil pengamatan
terhadap perilaku verbal dan non verbalnya. Teknik ini termasuk dalam tahap
awal konseling. Contoh:
Jenis Refleksi
|
Pengertian
|
Contoh
|
Refleksi perasaan
|
Yaitu keterampilan atau teknik untuk dapat
memantulkan perasaan klien sebagai hasil pengamatan terhadap perilaku verbal
dan non verbal klien.
|
“Tampaknya yang Anda katakan adalah...”
|
Refleksi pikiran
|
Yaitu teknik untuk memantulkan ide, pikiran
dan pendapat klien sebagai hasil pengamatanb terhadap perilaku verbal dan
non-verbal klien.
|
‘tampaknya yang Anda katakan....”
|
Refleksi pengalaman
|
Yaitu teknik untuk memantulkan
pengalaman-pengalaman klien sebagai hasil pengamatan terhadap perilaku verbal
dan non-verbal klien.
|
“Tampaknya yang Anda katakan sesuatu yang
mengesankan”
|
4)
Eksplorasi,
adalah teknik untuk menggali perasaan, pikiran dan pengamatan klien. Hal ini
dilakukan karena banyak klien menyimpan rahasia batin, menutup diri atau tidak
mampu mengemukakan pendapatnya.Teknik ini termasuk dalam tahap awal maupun pertengahan
konseling. Contoh:
Macam teknik Eksplorasi
|
Pengertian
|
Contoh
|
Eksplorasi perasaan
|
Yaitu teknik untuk dapat menggali perasaan
klien yang tersimpan
|
“Bisakah Anda menjelaskan apa perasaan
bingung yang dimaksud?”
|
Eksplorasi Pikiran
|
Yaitu teknik untuk menggali ide, pikiran dan
pendapat klien
|
“Saya yakin anda dapat menjelaskan lebih
lanjut ide Anda tentang membagi waktu antara kegiatan dan kuliah”
|
Eksplorasi Pengalaman
|
Yaitu keterampilan atau teknik untuk
menggali pengalaman-pengalaman klien
|
“Saya terkesan dengan pengalaman yang Anda lalui.
Namun, Saya ingin memahami lebih jauh tentang pengalaman tersebut dan
pengaruhnya terhadap kuliah Anda?”
|
5)
Menangkap pesan (Paraprashing), adalah
teknik untuk menyatakan kembali esensi atau inti ungkapan klien, dengan teliti
mendengarkakn pesan utama klien, mengungkapkan kalimat yang mudah dan
sederhana. Ditandai dengan kalimat awal “adakah” atau “tampaknya” dan mengamati
respon klien terhadap konselor. Hal ini bertujuan untuk memahami dan
mengedepankan apa yang dikatakan klien. Teknik ini termasuk dalam tahap awal
maupun pertengahan konseling. Contoh:
Ki:”Kedua buku tersebut sangat bagus isinya,
akan tetapi Saya tidak mengambilnya salah satu pun. Saya tidak tahu mengapa
demikian?”
Ko:”Tampaknya Anda masih ragu.”
6) Pertanyaan Terbuka (Opened Question), yaitu teknik untuk memancing
klien agar mau berbicara mengungkapkan perasaan, pengalaman, dan pemikirannya.
Dengan menggunakan kata tanya “apakah, bagaimana, adakah, atau dapatkah.” Teknik
ini termasuk dalam tahap awal konseling. Contoh:
“Apakah Anda merasa ada sesuatu yang ingin kita
bicarakan?”
7) Pertanyaan Tertutup (Close Question), dimana harus dijawab dengan
kata “ya” atau “tidak” atau kalimat singkat lainnya, yangmana bertujuan untuk
mengumpulkan informasi, memperjelas sesuatu dan menghentikan pembicaraan klien
yang melantur. Teknik ini termasuk dalam tahap pertengahan konseling. Contoh
dialog:
Ki:”Saya berusaha meningkatkan jumlah surah hafalan
dengan membentuk sebuah kelompok yangmana selama ini belum Pernah Saya
lakukan.”
Ko:”Sudah berapa surah yang Anda hafal?”
Ki:”lima belas.”
Ko:”Sekarang memiliki target hafalah berapa surah?”
Ki:”dua puluh lima.”
8)
Dorongan Minimal (minimal encouragement),
adalah teknik untuk memberikan suatu dorongan langsung yang singkat terhadap apa
yang telah dikemukakan klien. Dengan ungkapan “oh, ya, lalu, terus, atau dan.”
Dengan tujuan agar klien terus berbicara dan dapat mengarah pada pembicaraan
yang mencapai tujuan. Teknik ini termasuk dalam tahap pertengahan konseling.
Contoh dialog:
Ki:”Saya memiliki banyak kegiatan-kegiatan di luar kampus
dan wajib, Namun, disisi lain Saya juga memiliki tugas-tugas kuliah yang
menumpuk. Saya....”
Ko:”Ya..?”
Ki:”Bingung menghadapinya.”
Ko:”Lalu?”
9)
Interprestasi,yaitu untuk mengulas pemikiran, perasaan dan
pengalaman klien dengan merujuk pada teori-teori, bukan pandangan subjek
konselor. Dan bertujuan untuk memberikan rujukan pandangan agar klien mengerti
dan berubah melalui pemahaman dari hasil rujukan baru tersebut. Teknik ini
termasuk dalam tahap pertengahan konseling. Contoh dialog:
Ki:”Orangtua Saya memiliki penghasilan yang dibilang
sedikit. Saya pikir setelah lulus sekolah tidak meneruskan ke jenjang
perkuliahan karena, ingin membantu orangtua dan satu adik Saya yang masih duduk
di sekolah dasar (SD) yangmana, pasti membutuhkan biaya.”
Ko:”Tantangan masa depan makin banyak terutama apabila
hidup di kota besar seperti Anda. Maka dibutuhkan Manusia Indonesia yang
berkualitas. Membantu orangtua memang
harus.Namun, disayangkan jika orang seperti Anda yang tergolong cerdas tidak meneruskan
ke jenjang perkuliahan.”
10) Mengarahkan (directing), yaitu teknik untuk mengajak dan mengarahkan
klien melakukan sesuatu.Teknik ini termasuk dalam tahap pertengahan konseling. Contoh:
Ki:”Teman Saya selalu marah-marah
tanpa sebab. Dan Saya tak dapat lagi menahan diri. Akhirnya, Kami bertengkar.”
Ko:”Bisakah Anda memperlihatkan di depan Saya
bagaimana sikap teman Anda yang selalu marah-marah tanpa sebab?”
11) Menyimpulkan Sementara (summarizing),yaitu memperjelas arah
pembicaraan, menyimpulkan kemajuan hasil pembicaraan secara bertahap dan
meningkatkan kualitas diskusi. Teknik ini termasuk dalam tahap akhir konseling. Contoh:
Ko:”Setelah Kita berdiskusi beberapa waktu,
alangkah baiknya jika disimpulkan dulu agar semakin jelas hasil pembicaraan
Kita. Dari materi-materi pembicaraan yang Kita diskusikan.”
2. Sebutkan komponen dalam attending? Sejauhmana urgensi penguasaan
attending bagi seorang konselor?
Jawab:
Beberapa komponen-komponen dalam attending sebagai
berikut:
1) Kontak Mata, yaitu dilakukan dengan menatap mata konseli saat ia berbicara.
Dengan kontak mata menunjukkan konselor menerima dan memperhatikan secara
sungguh-sungguh apa yang dialami dan dirasakan konseli. Jangan berpaling dari konseli
saat ia berbicara, karena konseli akan menangkap sebagai ketidaksungguhan
konselor dalam membantu konseli.Mata adalah jendela hati, dengan kontak mata
konselor dapat memaknai apa yang diutarakan konseli secara mendalam.
2) Bahasa Tubuh, sikap rileks menunjukkan perhatian dan kesungguhan konselor.
Ketegangan yang ditunjukkan konselor dapat menghilangkan konsentrasi konseli. konselor
dapat membandingkan pernyataan konseli dengan bahasa tubuh yang ditunjukkan
konseli saat menyampaikan pernyataannya tersebut, misalnya:“konseli memainkan
jari tanganya, atau konseli tidak tenang ditempat duduknya saat berbicara.”
3) Tingkah laku verbal,merupakan respon konselor terhadap pernyataan konseli.
Konselor tidak bertanya, tidak mengambil topik baru, atau memantulkan suatu
paraphrase untuk memusatkan suatu ide, misalnya: “Saya bisa mengerti yang Anda
lakukan”, atau “Saya hargai apa yang telah Anda putuskan”. Tingkah laku verbal
dapat juga berupa respon verbal yang menunjukkan penerimaan konselor terhadap
konseli, misalnya “Mari, Silahkan masuk.” Bahasa yang digunakan singkat, jelas,
dan “tidak berputar-putar” yang akan membingungkan konseli. Konselor perlu
memberikan penekanan-penekanan khusus pada kata atau kalimat tertentu agar
mempunyai makna bagi konseli dan Konselor harus membatasi perilaku-perilaku
yang tidak menguntungkan dalam komunikasi konseling.
3. Apakah yang dimaksud:
a. Structuring dan parafrasing?
b. Interpretasi dan Konfrontasi?
c. Refleksi (perasaan dan makna) serta Focussing (on topic, on client, on other)?
d. Bertanya dan klarifikasi? Berilah masing-masing satu untuk contoh
verbatimnya?
Jawab:
a. Structuringatau pembatasanmerupakanadalah teknik yang digunakan konselor untuk
memberikan batas-batas atau pembatasan agar proses konseling berjalan sesuai
dengan apa yang menjadi tujuan dalam konseling.Jenis-jenis strukturing:
Teknik strukturing terdiri atas beberapa macam, antara
lain sebagai berikut:
1) Time limit (pembatasan waktu), contoh: Ki:“Fulan, sebetulnya sudah seminggu
yang lalu Saya ingin menemui Fulan, tetapi baru kali ini Kamidapat berjumpa, dan
hari ini Saya hanya ada waktu 30 menit karena, nanti Saya ada acara ujian.”
Ko:“kalau demikian, marilah kita manfaatkan waktu selama
30 menit ini dengan sebaik-baiknya.”
2) Time limit dari konselor, contoh: Ki:“Ssaya sulit sekali menyesuaikan diri
dengan teman-teman di kos. Karena itulah, Saya kemari untuk memperbincangkannya
dengan ibu.”
Ko:“bagus, Anda kemari untuk membahas masalah Anda dengan
Saya. Namun, perlu diketahui bahwa jam 10.00 nanti Saya ada rapat. Oleh karena
itu, marilah kita gunakan waktu ini dengan sebaik-baiknya.”
3) Role limit (pembatasan peran), contoh: Ki:“akhir-akhir ini Saya sulit
sekali mengkonsentrasikan diri dalam belajar. Karena, itu Saya menemui mba
untuk meminta nasihat bagaimana cara belajar yang baik.”
Ko:“Anda meminta nasihat dari Saya? Perlu diketahui bahwa
Saya tidakdapat memberikan nasihat sebagaimana yang Anda minta. Tetapi, marilah
Kita bicarakan bersama masalah yang sedang Anda alami. Kemudian,Kita cari jalan
keluarnya.”
4) Problem limit (pembatasan masalah), contoh: Ki:“Mba, Saya sulit sekali
berkonsentrasi dalam belajar, sehingga ketikapelajaran berlangsung Saya tidak
dapat mengikutinya dengan baik, maka dari itu Saya menjadi kurang paham dan
bingung. Disamping itu, dikelas Saya juga sulit sekali bergaul dengan lawan
jenis?”
Ko:“Dalam masalah yang Anda kemukakan tadi, setidaknya
ada dua halyang menjadi masalah yaitu masalah berkonsentrasi dalam belajar dan
masalah bergaul dengan lawan jenis. Nah, dari kedua masalah tersebut, mana yang
mendesak untuk kita bicarakan terlebih dahulu?”
Action limit
(pembatasan tindakan),contoh: Ki:“(datang ke ruang konseling dengan
marah-marah, wajah memerah dan dengan menyobek-nyobek kertas)”
Ko:“tenang-tenang, Anda boleh mengutarakan apa saja
disini, tetapi satuhal yang tidak boleh Anda lakukan disini yaitu mengotori
ruangan ini.”
parafrasingialahParaprashing adalah kata-kata konselor untuk
menyatakan kembali esensi dari pernyataan ucapan-ucapan konseli. Contoh: Ki:”Dia
tidak mengijinkan Saya pulang kampung menggunakan motor sendirian. Padahal,
Saya menginginkan pulang kampung. Sebenarnya, Dia hanya tidak ingin membiarkan
Saya pulang kampung seorang diri menggunakan motor.”
Pesan utama
: pada kalimat terakhir, yaitu Ia Khawatir.
Paraprasenya :
apakah Anda merasakan bahwa sebenarnya Dia Khawatir dengan Anda?
b. Interpretasi adalah teknik untuk mengulas pemikiran, perasaan dan
pengalaman klien dengan merujuk pada teori-teori, bukan pandangan subyektif
konselor, dengan tujuan untuk memberikan rujukan pandangan agar klien mengerti
dan berubah melalui pemahaman dari hasil rujukan baru tersebut. Contoh dialog:
Ki:”Orangtua Saya memiliki penghasilan yang dibilang sedikit. Saya pikir
setelah lulus sekolah tidak meneruskan ke jenjang perkuliahan karena, ingin
membantu orangtua dan satu adik Saya yang masih duduk di sekolah dasar (SD)
yangmana, pasti membutuhkan biaya.”
Ko:”Tantangan masa depan makin banyak terutama apabila
hidup di kota besar seperti Anda. Maka dibutuhkan Manusia Indonesia yang
berkualitas. Membantu orangtua memang
harus.Namun, disayangkan jika orang seperti Anda yang tergolong cerdas tidak
meneruskan ke jenjang perkuliahan.” Seperti pada soal nomor satu.
Konfrontasimerupakan suatu teknik konseling yang menantang klien
untuk melihat adanya diskrepansi atau inkonsistensi antara perkataan dengan
bahasa badan (perbuatan), ide awal dengan ide berikutnya, senyum dengan
kepedihan dan sebagainya. Adapun tujuan teknik ini adalah untuk mendorong Klien
mengadakan penelitian diri secara jujur, meningkatkan potensi Klien, membawa
klien kepada kesadaran adanya diskrepansi konflik atau kontradiksi dalam
dirinya.Namun, seorang Konselor harus melakukan dengan teliti yaitu dengan memberi
komentar khusus terhadap klien yang tidak konsisten dengan cara tepat waktu, tidak
menilai apalagi menyalahkan, dilakukan konselor dengan perilaku attending dan
empati
Contoh dialog:
Ki:“Terserah.” (suara tinggi, wajah marah, posisi tubuh
gelisah)
Ko:“kelihatannya Anda terlihat kesal dan sepertinnya ada
yang tidak beres.”, Atau;
Ko:“Saya lihat ada perbedaan antara ucapan Anda dengan
kenyataan diri”.
c. Refleksi(perasaan) yaitu konselor menyimpulkan kembali perasaan yang disampaikan oleh klien.
Contoh: Ki:”Saya begitu yakin sebelumnya bahwa semester ini IP Saya akan Naik.
Dan Alhamdulillah benar IP Saya naik. Saya merasa bersemangat.” , Ko:”Jadi,
kenaikan IP yang menyebabkan Anda Bersemangat?”
Refleksi (makna) merupakan perasaan dan fakta yang dicampurkan
dalam suatu respons yang akurat. Contoh: Ki:”Teman Saya selalu menanyakan
tentang kehidupan Saya. Saya tidak ingin Dia melakukan hal itu.”, Ko:”Anda merasa
kurang nyaman karena Dia tidak peka mengenai privasi Anda.”
Focussing atau pemusatan yang mana mengarahkan arus pembicaraan konseli
ke arah yang konselor inginkan focussing on topic, contoh: Ko:” Keluar
dari pekerjaan? Sebaiknya pikirkan masak-masak dengan berbagai pertimbangan!.” Focussing
on client, contoh: Ko:”Fulan, bahwa Anda mengatakan sangat mengkhawatirkan
ibu Anda mengenai .... “ Focussing on other, contoh: Ko:”Ayahmu
marah-marah kepadamu sehingga membuatmu menjadi sedih. Terangkan tentang alasan
Ayahmu Marah kepadamu dan apa yang telah Ayah kamu lakukan?”
d. Bertanya yaitu mengajukan pertanyaan kepada pasien tujuannya untuk mendapat
informasi yang spesifik baik dari pasien maupun keluarga.Semua jenis pertanyaan
dapat dikelompokkan menjadi pertanyaan tertutup dan terbuka.
Pertanyaan Tertutup adalah menghasilkan jawaban “ ya “
atau “ tidak “ yang berguna untuk mengumpulkan informasi yang faktual.
Pertanyaan terbuka adalah jenis pertanyaan biasanya
memakai kata tanya “ bagaimana “ atau “ apa “. Memberi kebebasan atau
kesempatan kepada klien dalam menjawab yang memungkinkan partisipasi aktif
dalam percakapan. Hal ini merupakan cara yang efektif untuk menggali informasi
dengan menggunakan intonasi suara yang menunjukkan minat dan perhatian.
Beberapa yang perlu diperhatikan dalam keterampilan bertanya:
1) Pertanyaan terbuka, yaitu memberikan dorongan pada pasien untuk memilih
topik yang akan digunakan. Contoh: “Apa yang sedang anda pikirkan?”.
2) Pengulangan pertanyaan, yaitu mengulang kembali pikiran utama yang telah
diekspresikan oleh pasien dan keluarga. Contoh: “Anda mengatakan bahwa Suami
Anda mengatakan untuk mengakhiri hubungan yangmana dikarenakan adanya
kesalahpahaman?”.
3) Pertanyaan klarifikasi, berupaya untuk menjelaskan ide atau pikiran pasien
yang tidak jelas atau meminta pasien untuk menjelaskan artinya. Contoh: “saya
tidak jelas apa yang anda maksudkan, dapatkah anda menjelaskannya kembali?”.
4) Pertanyaan refleksi, yaitu mengarahkan kembali ide, perasaan, pertanyaan
dan isi pembicaraan kepada pasien. Contoh:“Anda tampak tegang dan cemas, apakh
ini berhubungan dengan pembicaraan Suami Anda semalam?”.
5) Pertanyaan berbagi persepsi, yaitu meminta Klien untuk memastikan
pengertian perawat tentang apa yang sedang dipikirkan dan dirasakan oleh Klien.
Contoh: “anda tersenyum tetapi saya merasa bahwa anda sangat marah kepada
saya?”.
klarifikasi menurut Supriyo dan Mulawarman (2006:25), disebutkan
beberapa modalita atau kata-kata pendahuluan yang dapat digunakan dalam
pengawalan klarifikasi, yakni pada dasarnya, pada pokoknya, pada intinya,
singkat kata, dengan kata lain dsb. Ada beberapa langkah dalam melakukan
klarifikasi (Hariastuti dan Eko Darminto, 2007:39), meliputi:
1) Mengidentifikasi isi pesan klien, baik verbal maupun non verbal, untuk
mengetahui apa yang telah dikatakan klien.
2) Mengidentifikasi adanya pesan-pesan klien yang samar-samar atau
membingungkan, yang perlu diperiksa ketepatannya atau perlu di elaborasi.
3) Menentukan kalimat atau kata-kata yang tepat untuk klarifikasi. Kemudian
nada suara konselor sebaiknya lebih menunjukan nada bertanya dari pada
memberikan suatu pernyataan.
4) Memeriksa keefektifan klarifikasi dengan mendengar dan memperhatika respon
dari klien. Dari respon klien, konselor dapat menentukan bahwa klarifikasinya
efektif bila klien mau mejelaskan dan menambahkan pesan-pesannya yang hilang
atau tidak jelas.
Beberapa contoh klarifikasi:
1) Ki:” Begini Bu, ibu Saya menginginkan Saya untuk melanjutkan ke jurusan
IPA, sedangkan Saya ingin ke Sosial.”
Ko:”Pada dasarnya, antara Anda dengan Ibu Anda terjadi
perbedaan dalam pemilihan jurusan?”
2) Ki:”Saya sebel dengan teman saya Bu. Setiap Saya meminjami buku pasti tidak
dikembalikan. Padahal Saya telah memintanya beberapa kali. Tapi,Dia seolah
tidak menghiraukan perkataan Saya.”
Ko:”Pada intinya, Anda kecewa dengan sikap teman Anda?”
3) Ki:”Bu, Saya kan sudah kos di kos Screet tahun ini. Tetapi biaya kos selalu
naik setiap pergantian semester dan fasilitasnya itu-itu saja. Padahal keadaan
ekonomi keluarga Saya biasa-biasa saja”
Ko:”Singkat kata, Anda tidak puas dengan pelayanan yang
diberikan pemilik kos?”
4. Jelaskan perbedaan antara konsultasi, nasihat dan konseling! Jelaskan pula
perbedaan nasihat secara umum dan nasihat dalam konteks konseling!
Jawab:
Konseling adalah bagian kecil dari bimbingan yang memberikan
fakta-fakta sehingga, klien dapat membuat keputusan, membuat klien bertanya dan
mendiskusikan masalah pribadinya.
Konsultasi, bantuan hanya diberikan pada satu area saja,
tidak menyeluruh.
Nasihat yaitu memberitahukan klien apa yang sebaiknya
klien lakukan, menghakimi perilakunya di masa lalu dan sekarang.
5. Jelaskan pendapat saudara berikut resolusinya terhadap hambatan dan kendala
dalam proses konseling dari sisi:
a. Konselor (pemula)?
b. Konseli (tematik terserah Saudara)?
c. Sarana prasarana yang ideal seperti apa?
Jawab:
a. Emosi yangmana merupakan karakteristik pribadi atau relatif menetap;
kebudayaan bahasa dan agama, dengan adanya keragaman, ras, budaya, dan bahasa
maka konselor juga menghadapi kendala dalam praktinya. Konselor pun dalam hal
ini terbatas. Hal ini menjadi masalah
karena konselor belum sepenuhnya memahami budaya, bahasa, atau agama klien; dan
Burnout adalah suatu suasana kepadaman gairah kerja dan bereprestasi,
kadang-kadang juga bisa dinamakan stress kerja (mappiare, 2006).
b. dalam menghad;api konseling yang pendiam maka dilakukan dengan cara
pertanyaan terbuka seperti: Ko:”Apa yang sedang Anda pikirkan?”
c. Ruangan yang terbuka tanpa sekat kurang nyaman untuk berkonsultasi bagi
klien dan tidak adanya ruang khusus
untuk konseling akan menyebabkan masalah yang akan
dikemukakan klien tidak secara maksimal dan transparan.
REFERENSI
http://faisalhidayat1993.blogspot.co.id/2014/03/resume-mata-kuliah-psikologi-konseling.html http://finalisadianhusada.blogspot.co.id/p/perbedaan-konseling-dan-pemberian.html