Minggu, 02 April 2017

Teknik dan Manajemen BKI



TUGAS UJIAN AKHIR SEMESTER
Mata Kuliah : Teknik dan Manajemen BKI
Dosen Pengampu: Hj. Mahmudah, S.Ag., M.Pd.



DisusunOleh:
AlfanitaNurMukhlisoh
(1401016021)
BPI A.5
0899 366 2763


FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2016





1.  Sebutkan dan jelaskan penggunaan teknik dalam masing-masing tahapan dalam konseling (berikan contoh verbatimnya)!
Jawab:
Dalam tahapan konseling terdapat tahap awal, inti (tahap kerja) dan tahap akhir (tindakan). Oleh karena itu, perlunya konselor dalam memahami dan mampu melaksanakan beberapa teknik-teknik tahapan konseling dengan baik,diantaranya;
1)      Perilaku Attending,yangmana disebut juga perilaku menghampiri klien. Hal ini mencangkup komponen seperti; kontak mata, bahasa tubuh, dan  bahasa lisan.Perilaku attending yang baik dapat menimbulkan hal positif, seperti meningkatkan harga diri klien, menciptakan suasana yang aman, dan mempermudah eksperesi perasaan klien dengan bebas. Teknik ini termasuk dalam tahap awal konseling. Contoh:
NO
Bentuk perilaku
Perilaku Attending Baik
Perilaku Attending Tidak Baik
1.
Kepala
Mengangguk apabila setuju
Kaku
2.
Ekspresi Wajah
Tenang, Ceria dan Senyum
Kaku, Melamun, Mengalihkan pandangan, Mata melotot
3.
Posisi tubuh
Duduk akrab berhadapan atau berdampingan, agak condong ke arah klien, jarak konselor dan klien agak dekat
Tegak, kaku, bersandar, miring, jarak duduk dengan klien menjauh, berpaling dan kurang akrab
4.
Perhatian
Terarah pada lawan bicara
Terpecah, mudah buyar oleh gangguan luar

2)      Empati, yaitu kemampuan konselor untuk merasakan apa yang dirasakan klien (merasa dan berpikir bersama klien. Hal ini dilakukan sejalan dengan perilaku attending.Teknik ini termasuk dalam tahap awal konseling. Contoh:

Macam Empati
Pengertian
Contoh Ungkapan
Empati Primer
Yaitu bentuk empati yang hanya berusaha memahami perasaan, pikiran dan keinginan klien dengan tujuan agar klien dapat terlihat dan terbuka
”Saya mengerti apa yang Anda inginkan.”
”Saya dapat merasakan bagaimana perasaan Anda”
Empati Tingkat Tinggi
Yaitu empati apabila kepahaman konselor terhadap perasaan, pikiran, keinginan serta pengalaman klien lebih mendalam dan menyentuh klien karena, konselor ikut dengan perasaan tersebut. Sehingga, klien tersentuh dan terbuka.
”Saya dapat merasakan apa yang Anda rasakan, dan Saya ikut bahagia dengan apa yang telah Anda dapatkan itu”

3)      Refleksi,adalah teknik untuk memantulkan kembali kepada klien tentang perasaan, pikiran dan pengalaman sebagai hasil pengamatan terhadap perilaku verbal dan non verbalnya. Teknik ini termasuk dalam tahap awal konseling. Contoh:
Jenis Refleksi
Pengertian
Contoh
Refleksi perasaan
Yaitu keterampilan atau teknik untuk dapat memantulkan perasaan klien sebagai hasil pengamatan terhadap perilaku verbal dan non verbal klien.
“Tampaknya yang Anda katakan adalah...”
Refleksi pikiran
Yaitu teknik untuk memantulkan ide, pikiran dan pendapat klien sebagai hasil pengamatanb terhadap perilaku verbal dan non-verbal klien.
‘tampaknya yang Anda katakan....”
Refleksi pengalaman
Yaitu teknik untuk memantulkan pengalaman-pengalaman klien sebagai hasil pengamatan terhadap perilaku verbal dan non-verbal klien.
“Tampaknya yang Anda katakan sesuatu yang mengesankan”

4)      Eksplorasi, adalah teknik untuk menggali perasaan, pikiran dan pengamatan klien. Hal ini dilakukan karena banyak klien menyimpan rahasia batin, menutup diri atau tidak mampu mengemukakan pendapatnya.Teknik ini termasuk dalam tahap awal maupun pertengahan konseling. Contoh:
Macam teknik Eksplorasi
Pengertian
Contoh
Eksplorasi perasaan
Yaitu teknik untuk dapat menggali perasaan klien yang tersimpan
“Bisakah Anda menjelaskan apa perasaan bingung yang dimaksud?”
Eksplorasi Pikiran
Yaitu teknik untuk menggali ide, pikiran dan pendapat klien
“Saya yakin anda dapat menjelaskan lebih lanjut ide Anda tentang membagi waktu antara kegiatan dan kuliah”
Eksplorasi Pengalaman
Yaitu keterampilan atau teknik untuk menggali pengalaman-pengalaman klien
“Saya terkesan dengan pengalaman yang Anda lalui. Namun, Saya ingin memahami lebih jauh tentang pengalaman tersebut dan pengaruhnya terhadap kuliah Anda?”

5)    Menangkap pesan (Paraprashing), adalah teknik untuk menyatakan kembali esensi atau inti ungkapan klien, dengan teliti mendengarkakn pesan utama klien, mengungkapkan kalimat yang mudah dan sederhana. Ditandai dengan kalimat awal “adakah” atau “tampaknya” dan mengamati respon klien terhadap konselor. Hal ini bertujuan untuk memahami dan mengedepankan apa yang dikatakan klien. Teknik ini termasuk dalam tahap awal maupun pertengahan konseling. Contoh:
Ki:”Kedua buku tersebut sangat bagus isinya, akan tetapi Saya tidak mengambilnya salah satu pun. Saya tidak tahu mengapa demikian?”
Ko:”Tampaknya Anda masih ragu.”
6)      Pertanyaan Terbuka (Opened Question), yaitu teknik untuk memancing klien agar mau berbicara mengungkapkan perasaan, pengalaman, dan pemikirannya. Dengan menggunakan kata tanya “apakah, bagaimana, adakah, atau dapatkah.” Teknik ini termasuk dalam tahap awal konseling. Contoh:
“Apakah Anda merasa ada sesuatu yang ingin kita bicarakan?”
7)      Pertanyaan Tertutup (Close Question), dimana harus dijawab dengan kata “ya” atau “tidak” atau kalimat singkat lainnya, yangmana bertujuan untuk mengumpulkan informasi, memperjelas sesuatu dan menghentikan pembicaraan klien yang melantur. Teknik ini termasuk dalam tahap pertengahan konseling. Contoh dialog:
Ki:”Saya berusaha meningkatkan jumlah surah hafalan dengan membentuk sebuah kelompok yangmana selama ini belum Pernah Saya lakukan.”
Ko:”Sudah berapa surah yang Anda hafal?”
Ki:”lima belas.”
Ko:”Sekarang memiliki target hafalah berapa surah?”
Ki:”dua puluh lima.”
8)      Dorongan Minimal (minimal encouragement), adalah teknik untuk memberikan suatu dorongan langsung yang singkat terhadap apa yang telah dikemukakan klien. Dengan ungkapan “oh, ya, lalu, terus, atau dan.” Dengan tujuan agar klien terus berbicara dan dapat mengarah pada pembicaraan yang mencapai tujuan. Teknik ini termasuk dalam tahap pertengahan konseling. Contoh dialog:
Ki:”Saya memiliki banyak kegiatan-kegiatan di luar kampus dan wajib, Namun, disisi lain Saya juga memiliki tugas-tugas kuliah yang menumpuk. Saya....”
Ko:”Ya..?”
Ki:”Bingung menghadapinya.”
Ko:”Lalu?”
9)    Interprestasi,yaitu untuk mengulas pemikiran, perasaan dan pengalaman klien dengan merujuk pada teori-teori, bukan pandangan subjek konselor. Dan bertujuan untuk memberikan rujukan pandangan agar klien mengerti dan berubah melalui pemahaman dari hasil rujukan baru tersebut. Teknik ini termasuk dalam tahap pertengahan konseling. Contoh dialog:
Ki:”Orangtua Saya memiliki penghasilan yang dibilang sedikit. Saya pikir setelah lulus sekolah tidak meneruskan ke jenjang perkuliahan karena, ingin membantu orangtua dan satu adik Saya yang masih duduk di sekolah dasar (SD) yangmana, pasti membutuhkan biaya.”
Ko:”Tantangan masa depan makin banyak terutama apabila hidup di kota besar seperti Anda. Maka dibutuhkan Manusia Indonesia yang berkualitas. Membantu orangtua memang harus.Namun, disayangkan jika orang seperti Anda yang tergolong cerdas tidak meneruskan ke jenjang perkuliahan.”
10)  Mengarahkan (directing), yaitu teknik untuk mengajak dan mengarahkan klien melakukan sesuatu.Teknik ini termasuk dalam tahap pertengahan konseling.  Contoh:
Ki:”Teman Saya selalu marah-marah tanpa sebab. Dan Saya tak dapat lagi menahan diri. Akhirnya, Kami bertengkar.”
Ko:”Bisakah Anda memperlihatkan di depan Saya bagaimana sikap teman Anda yang selalu marah-marah tanpa sebab?”
11)  Menyimpulkan Sementara (summarizing),yaitu memperjelas arah pembicaraan, menyimpulkan kemajuan hasil pembicaraan secara bertahap dan meningkatkan kualitas diskusi. Teknik ini termasuk dalam tahap akhir konseling. Contoh:
Ko:”Setelah Kita berdiskusi beberapa waktu, alangkah baiknya jika disimpulkan dulu agar semakin jelas hasil pembicaraan Kita. Dari materi-materi pembicaraan yang Kita diskusikan.”

2.      Sebutkan komponen dalam attending? Sejauhmana urgensi penguasaan attending bagi seorang konselor?
Jawab:
Beberapa komponen-komponen dalam attending sebagai berikut:
1)      Kontak Mata, yaitu dilakukan dengan menatap mata konseli saat ia berbicara. Dengan kontak mata menunjukkan konselor menerima dan memperhatikan secara sungguh-sungguh apa yang dialami dan dirasakan konseli. Jangan berpaling dari konseli saat ia berbicara, karena konseli akan menangkap sebagai ketidaksungguhan konselor dalam membantu konseli.Mata adalah jendela hati, dengan kontak mata konselor dapat memaknai apa yang diutarakan konseli secara mendalam.
2)      Bahasa Tubuh, sikap rileks menunjukkan perhatian dan kesungguhan konselor. Ketegangan yang ditunjukkan konselor dapat menghilangkan konsentrasi konseli. konselor dapat membandingkan pernyataan konseli dengan bahasa tubuh yang ditunjukkan konseli saat menyampaikan pernyataannya tersebut, misalnya:“konseli memainkan jari tanganya, atau konseli tidak tenang ditempat duduknya saat berbicara.”
3)      Tingkah laku verbal,merupakan respon konselor terhadap pernyataan konseli. Konselor tidak bertanya, tidak mengambil topik baru, atau memantulkan suatu paraphrase untuk memusatkan suatu ide, misalnya: “Saya bisa mengerti yang Anda lakukan”, atau “Saya hargai apa yang telah Anda putuskan”. Tingkah laku verbal dapat juga berupa respon verbal yang menunjukkan penerimaan konselor terhadap konseli, misalnya “Mari, Silahkan masuk.” Bahasa yang digunakan singkat, jelas, dan “tidak berputar-putar” yang akan membingungkan konseli. Konselor perlu memberikan penekanan-penekanan khusus pada kata atau kalimat tertentu agar mempunyai makna bagi konseli dan Konselor harus membatasi perilaku-perilaku yang tidak menguntungkan dalam komunikasi konseling.

3.      Apakah yang dimaksud:
a.       Structuring dan parafrasing?
b.      Interpretasi dan Konfrontasi?
c.       Refleksi (perasaan dan makna) serta Focussing (on topic, on client, on other)?
d.      Bertanya dan klarifikasi? Berilah masing-masing satu untuk contoh verbatimnya?
Jawab:
a.       Structuringatau pembatasanmerupakanadalah teknik yang digunakan konselor untuk memberikan batas-batas atau pembatasan agar proses konseling berjalan sesuai dengan apa yang menjadi tujuan dalam konseling.Jenis-jenis strukturing:
Teknik strukturing terdiri atas beberapa macam, antara lain sebagai berikut:
1)      Time limit (pembatasan waktu), contoh: Ki:“Fulan, sebetulnya sudah seminggu yang lalu Saya ingin menemui Fulan, tetapi baru kali ini Kamidapat berjumpa, dan hari ini Saya hanya ada waktu 30 menit karena, nanti Saya ada acara ujian.”
Ko:“kalau demikian, marilah kita manfaatkan waktu selama 30 menit ini dengan sebaik-baiknya.”
2)      Time limit dari konselor, contoh: Ki:“Ssaya sulit sekali menyesuaikan diri dengan teman-teman di kos. Karena itulah, Saya kemari untuk memperbincangkannya dengan ibu.”
Ko:“bagus, Anda kemari untuk membahas masalah Anda dengan Saya. Namun, perlu diketahui bahwa jam 10.00 nanti Saya ada rapat. Oleh karena itu, marilah kita gunakan waktu ini dengan sebaik-baiknya.”
3)      Role limit (pembatasan peran), contoh: Ki:“akhir-akhir ini Saya sulit sekali mengkonsentrasikan diri dalam belajar. Karena, itu Saya menemui mba untuk meminta nasihat bagaimana cara belajar yang baik.”
Ko:“Anda meminta nasihat dari Saya? Perlu diketahui bahwa Saya tidakdapat memberikan nasihat sebagaimana yang Anda minta. Tetapi, marilah Kita bicarakan bersama masalah yang sedang Anda alami. Kemudian,Kita cari jalan keluarnya.”
4)      Problem limit (pembatasan masalah), contoh: Ki:“Mba, Saya sulit sekali berkonsentrasi dalam belajar, sehingga ketikapelajaran berlangsung Saya tidak dapat mengikutinya dengan baik, maka dari itu Saya menjadi kurang paham dan bingung. Disamping itu, dikelas Saya juga sulit sekali bergaul dengan lawan jenis?”
Ko:“Dalam masalah yang Anda kemukakan tadi, setidaknya ada dua halyang menjadi masalah yaitu masalah berkonsentrasi dalam belajar dan masalah bergaul dengan lawan jenis. Nah, dari kedua masalah tersebut, mana yang mendesak untuk kita bicarakan terlebih dahulu?”
Action limit  (pembatasan tindakan),contoh: Ki:“(datang ke ruang konseling dengan marah-marah, wajah memerah dan dengan menyobek-nyobek kertas)”
Ko:“tenang-tenang, Anda boleh mengutarakan apa saja disini, tetapi satuhal yang tidak boleh Anda lakukan disini yaitu mengotori ruangan ini.”
parafrasingialahParaprashing adalah kata-kata konselor untuk menyatakan kembali esensi dari pernyataan ucapan-ucapan konseli. Contoh: Ki:”Dia tidak mengijinkan Saya pulang kampung menggunakan motor sendirian. Padahal, Saya menginginkan pulang kampung. Sebenarnya, Dia hanya tidak ingin membiarkan Saya pulang kampung seorang diri menggunakan motor.”
Pesan utama        : pada kalimat terakhir, yaitu Ia Khawatir.
Paraprasenya     : apakah Anda merasakan bahwa sebenarnya Dia Khawatir dengan Anda?
b.      Interpretasi adalah teknik untuk mengulas pemikiran, perasaan dan pengalaman klien dengan merujuk pada teori-teori, bukan pandangan subyektif konselor, dengan tujuan untuk memberikan rujukan pandangan agar klien mengerti dan berubah melalui pemahaman dari hasil rujukan baru tersebut. Contoh dialog: Ki:”Orangtua Saya memiliki penghasilan yang dibilang sedikit. Saya pikir setelah lulus sekolah tidak meneruskan ke jenjang perkuliahan karena, ingin membantu orangtua dan satu adik Saya yang masih duduk di sekolah dasar (SD) yangmana, pasti membutuhkan biaya.”
Ko:”Tantangan masa depan makin banyak terutama apabila hidup di kota besar seperti Anda. Maka dibutuhkan Manusia Indonesia yang berkualitas. Membantu orangtua memang harus.Namun, disayangkan jika orang seperti Anda yang tergolong cerdas tidak meneruskan ke jenjang perkuliahan.” Seperti pada soal nomor satu.
Konfrontasimerupakan suatu teknik konseling yang menantang klien untuk melihat adanya diskrepansi atau inkonsistensi antara perkataan dengan bahasa badan (perbuatan), ide awal dengan ide berikutnya, senyum dengan kepedihan dan sebagainya. Adapun tujuan teknik ini adalah untuk mendorong Klien mengadakan penelitian diri secara jujur, meningkatkan potensi Klien, membawa klien kepada kesadaran adanya diskrepansi konflik atau kontradiksi dalam dirinya.Namun, seorang Konselor harus melakukan dengan teliti yaitu dengan memberi komentar khusus terhadap klien yang tidak konsisten dengan cara tepat waktu, tidak menilai apalagi menyalahkan, dilakukan konselor dengan perilaku attending dan empati
Contoh dialog:
Ki:“Terserah.” (suara tinggi, wajah marah, posisi tubuh gelisah)
Ko:“kelihatannya Anda terlihat kesal dan sepertinnya ada yang tidak beres.”, Atau;
Ko:“Saya lihat ada perbedaan antara ucapan Anda dengan kenyataan diri”.
c.       Refleksi(perasaan) yaitu konselor menyimpulkan kembali perasaan yang disampaikan oleh klien. Contoh: Ki:”Saya begitu yakin sebelumnya bahwa semester ini IP Saya akan Naik. Dan Alhamdulillah benar IP Saya naik. Saya merasa bersemangat.” , Ko:”Jadi, kenaikan IP yang menyebabkan Anda Bersemangat?”
Refleksi (makna) merupakan perasaan dan fakta yang dicampurkan dalam suatu respons yang akurat. Contoh: Ki:”Teman Saya selalu menanyakan tentang kehidupan Saya. Saya tidak ingin Dia melakukan hal itu.”, Ko:”Anda merasa kurang nyaman karena Dia tidak peka mengenai privasi Anda.”
Focussing atau pemusatan yang mana mengarahkan arus pembicaraan konseli ke arah yang konselor inginkan focussing on topic, contoh: Ko:” Keluar dari pekerjaan? Sebaiknya pikirkan masak-masak dengan berbagai pertimbangan!.” Focussing on client, contoh: Ko:”Fulan, bahwa Anda mengatakan sangat mengkhawatirkan ibu Anda mengenai .... “ Focussing on other, contoh: Ko:”Ayahmu marah-marah kepadamu sehingga membuatmu menjadi sedih. Terangkan tentang alasan Ayahmu Marah kepadamu dan apa yang telah Ayah kamu lakukan?”
d.      Bertanya yaitu mengajukan pertanyaan kepada pasien tujuannya untuk mendapat informasi yang spesifik baik dari pasien maupun keluarga.Semua jenis pertanyaan dapat dikelompokkan menjadi pertanyaan tertutup dan terbuka.
Pertanyaan Tertutup adalah menghasilkan jawaban “ ya “ atau “ tidak “ yang berguna untuk mengumpulkan informasi yang faktual.
Pertanyaan terbuka adalah jenis pertanyaan biasanya memakai kata tanya “ bagaimana “ atau “ apa “. Memberi kebebasan atau kesempatan kepada klien dalam menjawab yang memungkinkan partisipasi aktif dalam percakapan. Hal ini merupakan cara yang efektif untuk menggali informasi dengan menggunakan intonasi suara yang menunjukkan minat dan perhatian. Beberapa yang perlu diperhatikan dalam keterampilan bertanya:
1)      Pertanyaan terbuka, yaitu memberikan dorongan pada pasien untuk memilih topik yang akan digunakan. Contoh: “Apa yang sedang anda pikirkan?”.
2)      Pengulangan pertanyaan, yaitu mengulang kembali pikiran utama yang telah diekspresikan oleh pasien dan keluarga. Contoh: “Anda mengatakan bahwa Suami Anda mengatakan untuk mengakhiri hubungan yangmana dikarenakan adanya kesalahpahaman?”.
3)      Pertanyaan klarifikasi, berupaya untuk menjelaskan ide atau pikiran pasien yang tidak jelas atau meminta pasien untuk menjelaskan artinya. Contoh: “saya tidak jelas apa yang anda maksudkan, dapatkah anda menjelaskannya kembali?”.
4)      Pertanyaan refleksi, yaitu mengarahkan kembali ide, perasaan, pertanyaan dan isi pembicaraan kepada pasien. Contoh:“Anda tampak tegang dan cemas, apakh ini berhubungan dengan pembicaraan Suami Anda semalam?”.
5)      Pertanyaan berbagi persepsi, yaitu meminta Klien untuk memastikan pengertian perawat tentang apa yang sedang dipikirkan dan dirasakan oleh Klien. Contoh: “anda tersenyum tetapi saya merasa bahwa anda sangat marah kepada saya?”.
klarifikasi menurut Supriyo dan Mulawarman (2006:25), disebutkan beberapa modalita atau kata-kata pendahuluan yang dapat digunakan dalam pengawalan klarifikasi, yakni pada dasarnya, pada pokoknya, pada intinya, singkat kata, dengan kata lain dsb. Ada beberapa langkah dalam melakukan klarifikasi (Hariastuti dan Eko Darminto, 2007:39), meliputi:
1)       Mengidentifikasi isi pesan klien, baik verbal maupun non verbal, untuk mengetahui apa yang telah dikatakan klien.
2)       Mengidentifikasi adanya pesan-pesan klien yang samar-samar atau membingungkan, yang perlu diperiksa ketepatannya atau perlu di elaborasi.
3)       Menentukan kalimat atau kata-kata yang tepat untuk klarifikasi. Kemudian nada suara konselor sebaiknya lebih menunjukan nada bertanya dari pada memberikan suatu pernyataan.
4)       Memeriksa keefektifan klarifikasi dengan mendengar dan memperhatika respon dari klien. Dari respon klien, konselor dapat menentukan bahwa klarifikasinya efektif bila klien mau mejelaskan dan menambahkan pesan-pesannya yang hilang atau tidak jelas.
Beberapa contoh klarifikasi:
1)      Ki:” Begini Bu, ibu Saya menginginkan Saya untuk melanjutkan ke jurusan IPA, sedangkan Saya ingin ke Sosial.”
Ko:”Pada dasarnya, antara Anda dengan Ibu Anda terjadi perbedaan dalam pemilihan jurusan?”
2)      Ki:”Saya sebel dengan teman saya Bu. Setiap Saya meminjami buku pasti tidak dikembalikan. Padahal Saya telah memintanya beberapa kali. Tapi,Dia seolah tidak menghiraukan perkataan Saya.”
Ko:”Pada intinya, Anda kecewa dengan sikap teman Anda?”
3)      Ki:”Bu, Saya kan sudah kos di kos Screet tahun ini. Tetapi biaya kos selalu naik setiap pergantian semester dan fasilitasnya itu-itu saja. Padahal keadaan ekonomi keluarga Saya biasa-biasa saja”
Ko:”Singkat kata, Anda tidak puas dengan pelayanan yang diberikan pemilik kos?”
4.  Jelaskan perbedaan antara konsultasi, nasihat dan konseling! Jelaskan pula perbedaan nasihat secara umum dan nasihat dalam konteks konseling!
Jawab:
Konseling adalah bagian kecil dari bimbingan yang memberikan fakta-fakta sehingga, klien dapat membuat keputusan, membuat klien bertanya dan mendiskusikan masalah pribadinya.
Konsultasi, bantuan hanya diberikan pada satu area saja, tidak menyeluruh.
Nasihat yaitu memberitahukan klien apa yang sebaiknya klien lakukan, menghakimi perilakunya di masa lalu dan sekarang.

5.      Jelaskan pendapat saudara berikut resolusinya terhadap hambatan dan kendala dalam proses konseling dari sisi:
a.       Konselor (pemula)?
b.      Konseli (tematik terserah Saudara)?
c.       Sarana prasarana yang ideal seperti apa?
Jawab:
a. Emosi yangmana merupakan karakteristik pribadi atau relatif menetap; kebudayaan bahasa dan agama, dengan adanya keragaman, ras, budaya, dan bahasa maka konselor juga menghadapi kendala dalam praktinya. Konselor pun dalam hal ini terbatas. Hal ini  menjadi masalah karena konselor belum sepenuhnya memahami budaya, bahasa, atau agama klien; dan Burnout adalah suatu suasana kepadaman gairah kerja dan bereprestasi, kadang-kadang juga bisa dinamakan stress kerja (mappiare, 2006).
b. dalam menghad;api konseling yang pendiam maka dilakukan dengan cara pertanyaan terbuka seperti: Ko:”Apa yang sedang Anda pikirkan?”
c. Ruangan yang terbuka tanpa sekat kurang nyaman untuk berkonsultasi bagi klien dan tidak adanya ruang khusus untuk konseling akan menyebabkan masalah yang akan dikemukakan klien tidak secara maksimal dan transparan.




REFERENSI