Rabu, 06 Desember 2017


TEMA, JUDUL, DAN PARAGRAF DALAM BENTUK KARANGAN

Disusun guna memenuhi tugas

Bahasa Indonesia

Dosen Pembimbing: Ibu Chyndy Febrinda





 

















Oleh:

Nama      : Alfanita Nur Mukhlisoh

NIM       : 1401016021

Jurusan   : Bimbingan dan Penyuluhan Islam

                 (Bimbingan Rohani Islam)









                                                                                      

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

SEMARANG

2017


1.      Menentukan Tema dan Judul Karangan

Tema               : Layanan Bimbingan

Judul               : Layanan Bimbingan Rohani Islam Terhadap Pasien Di Rumah Sakit

  RSI Muhammadiyah Kendal.

2.      Pengumpulan Data

Dalam layanan bimbingan rohani Islam Agar dapat mencapai hasil secara efektif kepada pasien  di rumah sakit , kunci utamanya ada pada diri perawat rohani itu sendiri yangmana merupakan unsur utama untuk bisa meraih hasil yang baik. Maka, Perawat atau pembimbing rohani memiliki kriteria sebagai berikut;

1)   Memiliki pengetahuan tentang bimbingan secara umum

2)   Memiliki pengetahuan terkait Agama Islam secara mendalam

3)   Mampu membina hubungan baik dengan pasien, keluarga pasien maupun rekan kerja di rumah sakit.

4)   Memiliki keyakinan



3.      Bentuk Layanan Bimbingan Rohani Islam

1)      Rapport

2)      Pemberian tausyiah

3)      Penguatan mental

4)      Pemberian doa

5)      Penutup

4.      Kendala dalam Pelayanan Bimbingan Rohani Islam

1)      Tenaga pembimbing rohani Islam

2)      Jadwal bimbingan rohani Islam








Layanan Bimbingan Rohani Islam Terhadap Pasien

Di Rumah Sakit RSI Muhammadiyah Kendal.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia dalam Prayitno (2004:87) layanan berasal dari kata layan yang kata kerjanya adalah melayani yang mempunyai arti membantu menyiapkan (mengurus) apa-apa yang diperlukan seseorang; meladeni, menerima (menyambut) ajakan (tantangan serangan dsb). Jadi, Layanan adalah perihal cara melayani atau meladeni. Sedangkan, pengertian bimbingan secara harfiyah dalam Prayitno (2004:89) adalah menunjukkan, memberi jalan, atau menuntun orang lain ke arah tujuan yang bermanfaat bagi hidupnya di masa kini, dan masa mendatang. Prayitno (2004:93) mengungkapkan istilah bimbingan merupakan terjemahan dari kata bahasa Inggris guidance yang berasal dari kata kerja guide yang berarti menunjukan. Sedangkan, dalam buku W.S Winkel kata Guidance berasal dari bahasa Inggris yang dikaitkan dengan kata asal guide, yang diartikan menunjukkan jalan (showing the way); memimpin (leading); menuntun (conducting); memberikan petunjuk (giving instruction); mengatur (regulating); mengarahkan (governing); memberikan nasihat (giving advice) dalam Prayitno (2014:95). Dari definisi mengenai layanan dan juga bimbingan, Prayitno (2004:98) menyimpulkan yang dimaksud dengan layanan bimbingan adalah layanan yang berbentuk suatu model atau !rogram bimbingan yang diberikan agar peserta didik dapat dikembangkan secara optimal, baik aspek kognitif, aspek aspektif dan aspek psikomotor. Serta, Rohani Islam adalah bentuk kejiwaan yang terbentuk dari ajaran-ajaran Islam yang berisikan materi-materi yang disampaikan berdasarkan ajaran-ajaran Islam. Oleh karena itu, Bimbingan rohani Islam pada pasien adalah kegiatan yang di dalamnya terjadi proses bimbingan dan pembinaan rohani kepada pasien di rumah sakit sebagai upaya menyempurnakan ikhtiar medis dengan ikhtiar spiritual. Dengan tujuan memberikan ketenangan dan kesejukan hati yakni melalui dorongan motivasi, penguatan mental dan pemberian do’a untuk tetap bersabar, bertawakal dan senantiasa menjalankan kewajibannya sebagai hamba Allah.

Agar dapat mencapai layanan bimbingan rohani islam yang efektif kepada pasien  di rumah sakit , kunci utamanya ada pada diri perawat rohani itu sendiri yangmana merupakan unsur utama untuk bisa meraih hasil yang baik. Maka, Perawat atau pembimbing rohani memiliki kriteria sebagai berikut; pertama, memiliki pengetahuan tentang bimbingan secara umum. Pembimbing rohani hendaklah menguasai materi, sehingga pengetahuannya cukup dalam hal-hal yang berkaitan dengan masalah bimbingan. Dan pembimbing rohani hendaknya menguasai metode dan strategi yang tepat dalam menyampaikan bimbingan kepada pasien, sehingga pasien dengan tulus bisa menerima nasihatnya. Pembimbing rohani juga harus mampu membuka wawasan sehingga, tepat dalam pemberian pendekatan sesuai dengan permasalahan yang sedang dihadapi pasien. Kedua, memiliki pengetahuan terkait Agama Islam secara mendalam. Hendaknya pembimbing rohani menguasai materi khususnya dalam masalah keilmuan Agama Islam, sehingga pengetahuannya mencukupi dalam hal-hal yang berkaitan dengan masalah keagamaan. Dan mengamalkan nilai-nilai agama Islam dengan baik dan konsekuen, tercermin melalui keimanan, ketakwaan dan pengalaman keagamaan dalam kehidupannya sehari-hari. Sehingga, pembimbing rohani mampu mentransfer kaidah-kaidah agama Islam secarab garis besar yang relevan dengan masalah yang dihadapi pasien. Dengan diimbangi kepribadian pembimbing rohani dengan pribadi yang terpuji sebagai teladan dalam perilaku baik ditempatnya bekerja maupun diluar tempat bekerja yakni pendekatan perilaku terpuji sebagai uswatun khasanah”, yang mampu menegakkan amar ma’ruf nahi munkar. Ketiga, bisa membina hubungan baik dan mendalam dengan orang lain. Pembimbing rohani mampu memperlihatkan kebaikan kepada orang lain, yakni kebaikan yang mengandung melindungi dan menjaga orang lain dengan memperlihatkan secara bebas tanpa ada perasaan khawatir akan memperoleh reaksi negatif dari orang lain. Keempat, memiliki keyakinan yaitu Sebagai awal, diharapkan bahwa seorang konselor mempunyai gagasan yang cukup jelas menyangkut keyakinan tentang hidup, manusia, dan masala-masalah.

Layanan Bimbingan Rohani Islam mempunyai bentuk-bentuk pelayanan bimbingan rohani Islam sebagai berikut: Pertama, dalam bentuk rapport yakni pendekatan awal untuk membangun kedekatan dengan pasien dan keluarganya. Hal ini bisa dilakukan dengan cara menerapkan salam, sapa dan senyum, kemudian berikan pertanyaan-pertanyaan ringan seputar kondisi pasien pada hari tersebut dan selanjutnya disambung dengan beberapa pertanyaan mengenai penyakit pasien. Supaya lebih efektif, pembimbing rohani harus bisa membaca situasi dan kondisi dalam ruangan pasien, ketika pasien sedang tidur atau tidak bisa diajak berkomunikasi hendaknya pembimbing rohani tidak memaksakan dan lebih baik berkomunikasi dengan keluarga pasien. Rapport ini harus dibangun oleh pembimbing rohani supaya dalam melaksanakan proses selanjutnya mudah, ketika pasien dan keluarganya terbuka serta secara suka rela menerima kehadiran pembimbing rohani, maka pelaksanaan bimbingan ronaiahnya akan mampu menunjang dalam proses penyembuhan pasien rawat inap tersebut. Pendekatan kepada pasien atau keluarga pasien bisa dilakukan dengan memberikan pertanyaan terbuka seperti ”bagaimana keadaan ibu atau bapak hari ini?”, hal itu dilakukan oleh pembimbing rohani secara tatap muka dan dari pasien satu ke pasien lainnya. Pendekatan juga bisa dilakukan dengan memberikan sentuhan kepada pasien yang tidak mengalami penyakit menular, sentuhan tersebut akan membuat pasien merasa diperhatikan dan merasa nyaman dengan kedatangan pembimbing rohani. Kedua, pemberian tausyiah yangmana disesuaikan dengan kondisi pasien dan menggunakan bahasa-bahasa yang ringan dan mudah dimengerti oleh pasien maupun keluarganya. Waktu tausyiah juga disesuaikan dengan situasi pada saaat diruangan tersebut, apabila efektif untuk dilakukan lebih lama, maka bisa dilakukan tausyiah 2-5 menit, akan tetapi apabila situasi pada saat bimbingan kurang mendukung seperti; pasien sedang perawatan atau sedang tidur, sedang kritis, dan sedang berada di dalam ruangan sedang ramai tidak terkondisikan apalagi dari pihak keluarga tidak menerima adanya bimbingan rohani islam. Maka, tausyiah cukup diberikan sekedarnya saja, bahkan bisa tidak diberikan apabila sangat tidak mendukung untuk dilakukan tausyiah. Materi dalam tausyiah adalah mengenai bimbingan orang yang sakit yaitu perilaku sabar dan ridho serta tawakal. Ketiga, penguatan mental atau pemberian motivasi oleh pembimbing rohani kepada pasien untuk tetap semangat menjalani ikhtiarnya demi kesembuhannya dan penguatan mental kepada keluarganya untuk tetap sabar dan ikhlas dalam merawat dan menjaga keluarganya yang sedang sakit adalah proses utama dari semua proses pelayanan bimbingan rohani kepada pasien rawat inap. Pembimbing rohani menyampaikan bahwasanya sakit itu bukanllah sesuatu yang dikeluhkan karena melalui sakit dosa-dosa kita bisa digugurkan oleh Allah SWT. keempat, pemberian doa yangmana sebelumnya harus mampu mengkondisikan ruangan yakni sebelum memulai untuk memberikan doa kepada pasien yang sedang sakit. ketika ruangan sudauh cukup terkondisikan, maka pemberian doa bisa dilakukan. Kelima, penutup dimana sebelum pembimbing rohani meninggalkan ruangan diharapkan menyapa satu persatu untuk berpamitan dan memberikan salam dan sampaikan permintaan maaf yang bertujuan agar pembimbing rohani memiliki kesan baik kepada pasien dan keluarganya. Sehingga, pasien maupun keluarganya berkenan menginginkan pembimbing rohani datang kembali mengunjunginya esok hari.

Pelayanan bimbingan rohani islam pada pasien tidak selalu berjalan dengan baik dan lancar, ada beberapa faktor penghambat yang menyebabkan pelayanan ini maksimal yakni tenaga pembimbing rohani islam. Salah satu penghambat dikarenakan kurangnya maksimakl dalam memberikan pelayanan bimbingan rohani islam kepada pasien menyeluruh. Diharapkan segera mendapatkan pembimbiing rohani baru yang kemudian akan diberikan kajian atau tarbiyah rutin supaya menjadi pembimbing rohani yang profesional dan mumpuni dalam bidang tersebut. Dan kendala yang lain adalah terkait jadwal pelaksanaan bimbingan rohani islam kepada pasien. Oleh karena itu, pembimbing rohani diwajibkan memiliki rasa patuh terhadap aturan dan memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi terhadap tugas yang di jalani. Sehingga, pelaksanaan bimbingan rohani tidak terbengkalai. Karena, apabila jadwal telah di buat namun tidak ada rasa tanggung jawab dan rasa patuh pada diri sendiri. Maka, jadwal yang telah dibuat tidak bisa berjalan dengan baik.     


Daftar Pustaka

Prayitno. Pelayanan Bimbigan di Sekolah. (Jakarta: Ghalia Indonesia. 1977)

Jamaludin Kafie. Psikologi Dakwah. (Bandung: Bina Aksara. 1993)

Salim Samsudin. Bimbingan Rohani Pasien Upaya mensinergisitaskan Layanan Medis dan Spiritual di Rumah Sakit. (Semarang: Pustaka Belajar 2005)

Koestoer Partowisastro. Bimbingan dan Penyuluhan Di Sekolah-sekolah Jilid II. (Jakarta: Erlangga. 1982)


Tidak ada komentar: