TEMA, JUDUL, DAN PARAGRAF DALAM
BENTUK KARANGAN
Disusun guna memenuhi tugas
Bahasa Indonesia
Dosen Pembimbing: Ibu Chyndy Febrinda

Oleh:
Nama : Alfanita Nur Mukhlisoh
NIM : 1401016021
Jurusan : Bimbingan dan Penyuluhan Islam
(Bimbingan Rohani Islam)
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
SEMARANG
2017
1. Menentukan Tema dan Judul Karangan
Tema :
Layanan Bimbingan
Judul :
Layanan Bimbingan
Rohani Islam Terhadap Pasien Di Rumah Sakit
RSI Muhammadiyah Kendal.
2. Pengumpulan Data
Dalam layanan bimbingan rohani Islam Agar dapat mencapai
hasil secara efektif kepada pasien di
rumah sakit , kunci utamanya ada pada diri perawat rohani itu sendiri yangmana merupakan
unsur utama untuk bisa meraih hasil yang baik. Maka, Perawat atau pembimbing
rohani memiliki kriteria sebagai berikut;
1) Memiliki
pengetahuan tentang bimbingan secara umum
2) Memiliki pengetahuan terkait Agama Islam secara mendalam
3) Mampu membina hubungan baik dengan pasien, keluarga
pasien maupun rekan kerja di rumah sakit.
4) Memiliki keyakinan
3. Bentuk Layanan Bimbingan Rohani Islam
1)
Rapport
2)
Pemberian tausyiah
3)
Penguatan mental
4)
Pemberian doa
5)
Penutup
4. Kendala dalam Pelayanan Bimbingan Rohani Islam
1) Tenaga pembimbing rohani Islam
2) Jadwal bimbingan rohani Islam
Layanan Bimbingan Rohani Islam
Terhadap Pasien
Di Rumah Sakit RSI Muhammadiyah
Kendal.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia dalam
Prayitno (2004:87) layanan berasal dari kata layan yang kata kerjanya adalah
melayani yang mempunyai arti membantu menyiapkan (mengurus) apa-apa yang
diperlukan seseorang; meladeni, menerima (menyambut) ajakan (tantangan serangan
dsb). Jadi, Layanan adalah perihal cara melayani atau meladeni. Sedangkan,
pengertian bimbingan secara harfiyah dalam Prayitno (2004:89) adalah menunjukkan,
memberi jalan, atau menuntun orang lain ke arah tujuan yang bermanfaat bagi
hidupnya di masa kini, dan masa mendatang. Prayitno (2004:93) mengungkapkan
istilah bimbingan merupakan terjemahan dari kata bahasa Inggris guidance yang berasal dari kata kerja
guide yang berarti menunjukan. Sedangkan,
dalam buku W.S Winkel kata Guidance berasal
dari bahasa Inggris yang dikaitkan dengan kata asal guide, yang diartikan menunjukkan jalan (showing the way); memimpin (leading); menuntun (conducting); memberikan petunjuk (giving instruction); mengatur (regulating);
mengarahkan (governing); memberikan
nasihat (giving advice) dalam
Prayitno (2014:95). Dari definisi mengenai layanan dan juga bimbingan, Prayitno
(2004:98) menyimpulkan yang dimaksud dengan layanan bimbingan adalah layanan
yang berbentuk suatu model atau !rogram bimbingan yang diberikan agar peserta
didik dapat dikembangkan secara optimal, baik aspek kognitif, aspek aspektif
dan aspek psikomotor. Serta, Rohani Islam adalah bentuk kejiwaan yang terbentuk
dari ajaran-ajaran Islam yang berisikan materi-materi yang disampaikan
berdasarkan ajaran-ajaran Islam. Oleh karena itu, Bimbingan rohani Islam pada
pasien adalah kegiatan yang di dalamnya terjadi proses bimbingan dan pembinaan
rohani kepada pasien di rumah sakit sebagai upaya menyempurnakan ikhtiar medis dengan ikhtiar spiritual. Dengan tujuan
memberikan ketenangan dan kesejukan hati yakni melalui dorongan motivasi,
penguatan mental dan pemberian do’a untuk tetap bersabar, bertawakal dan
senantiasa menjalankan kewajibannya sebagai hamba Allah.
Agar
dapat mencapai layanan bimbingan rohani islam yang efektif kepada pasien di rumah sakit , kunci utamanya ada pada diri
perawat rohani itu sendiri yangmana merupakan unsur utama untuk bisa meraih
hasil yang baik. Maka, Perawat atau pembimbing rohani memiliki kriteria sebagai
berikut; pertama, memiliki
pengetahuan tentang bimbingan secara umum. Pembimbing rohani hendaklah
menguasai materi, sehingga pengetahuannya cukup dalam hal-hal yang berkaitan
dengan masalah bimbingan. Dan pembimbing rohani hendaknya menguasai metode dan
strategi yang tepat dalam menyampaikan bimbingan kepada pasien, sehingga pasien
dengan tulus bisa menerima nasihatnya. Pembimbing rohani juga harus mampu
membuka wawasan sehingga, tepat dalam pemberian pendekatan sesuai dengan
permasalahan yang sedang dihadapi pasien. Kedua,
memiliki pengetahuan terkait Agama Islam secara mendalam. Hendaknya
pembimbing rohani menguasai materi khususnya dalam masalah keilmuan Agama
Islam, sehingga pengetahuannya mencukupi dalam hal-hal yang berkaitan dengan
masalah keagamaan. Dan mengamalkan nilai-nilai agama Islam dengan baik dan
konsekuen, tercermin melalui keimanan, ketakwaan dan pengalaman keagamaan dalam
kehidupannya sehari-hari. Sehingga, pembimbing rohani mampu mentransfer kaidah-kaidah
agama Islam secarab garis besar yang relevan dengan masalah yang dihadapi
pasien. Dengan diimbangi kepribadian pembimbing rohani dengan pribadi yang
terpuji sebagai teladan dalam perilaku baik ditempatnya bekerja maupun diluar
tempat bekerja yakni pendekatan perilaku terpuji sebagai uswatun khasanah”, yang mampu menegakkan amar ma’ruf nahi munkar. Ketiga, bisa membina hubungan baik dan
mendalam dengan orang lain. Pembimbing rohani mampu memperlihatkan kebaikan
kepada orang lain, yakni kebaikan yang mengandung melindungi dan menjaga orang
lain dengan memperlihatkan secara bebas tanpa ada perasaan khawatir akan
memperoleh reaksi negatif dari orang lain. Keempat,
memiliki keyakinan yaitu Sebagai awal, diharapkan bahwa seorang konselor
mempunyai gagasan yang cukup jelas menyangkut keyakinan tentang hidup, manusia,
dan masala-masalah.
Layanan
Bimbingan Rohani Islam mempunyai bentuk-bentuk pelayanan bimbingan rohani Islam
sebagai berikut: Pertama, dalam
bentuk rapport yakni pendekatan awal
untuk membangun kedekatan dengan pasien dan keluarganya. Hal ini bisa dilakukan
dengan cara menerapkan salam, sapa dan senyum, kemudian berikan
pertanyaan-pertanyaan ringan seputar kondisi pasien pada hari tersebut dan
selanjutnya disambung dengan beberapa pertanyaan mengenai penyakit pasien.
Supaya lebih efektif, pembimbing rohani harus bisa membaca situasi dan kondisi
dalam ruangan pasien, ketika pasien sedang tidur atau tidak bisa diajak
berkomunikasi hendaknya pembimbing rohani tidak memaksakan dan lebih baik
berkomunikasi dengan keluarga pasien. Rapport
ini harus dibangun oleh pembimbing rohani supaya dalam melaksanakan proses
selanjutnya mudah, ketika pasien dan keluarganya terbuka serta secara suka rela
menerima kehadiran pembimbing rohani, maka pelaksanaan bimbingan ronaiahnya
akan mampu menunjang dalam proses penyembuhan pasien rawat inap tersebut.
Pendekatan kepada pasien atau keluarga pasien bisa dilakukan dengan memberikan
pertanyaan terbuka seperti ”bagaimana keadaan ibu atau bapak hari ini?”, hal
itu dilakukan oleh pembimbing rohani secara tatap muka dan dari pasien satu ke
pasien lainnya. Pendekatan juga bisa dilakukan dengan memberikan sentuhan
kepada pasien yang tidak mengalami penyakit menular, sentuhan tersebut akan
membuat pasien merasa diperhatikan dan merasa nyaman dengan kedatangan
pembimbing rohani. Kedua, pemberian
tausyiah yangmana disesuaikan dengan kondisi pasien dan menggunakan
bahasa-bahasa yang ringan dan mudah dimengerti oleh pasien maupun keluarganya.
Waktu tausyiah juga disesuaikan dengan situasi pada saaat diruangan tersebut,
apabila efektif untuk dilakukan lebih lama, maka bisa dilakukan tausyiah 2-5
menit, akan tetapi apabila situasi pada saat bimbingan kurang mendukung
seperti; pasien sedang perawatan atau sedang tidur, sedang kritis, dan sedang
berada di dalam ruangan sedang ramai tidak terkondisikan apalagi dari pihak
keluarga tidak menerima adanya bimbingan rohani islam. Maka, tausyiah cukup
diberikan sekedarnya saja, bahkan bisa tidak diberikan apabila sangat tidak
mendukung untuk dilakukan tausyiah. Materi dalam tausyiah adalah mengenai
bimbingan orang yang sakit yaitu perilaku sabar dan ridho serta tawakal. Ketiga, penguatan mental atau pemberian
motivasi oleh pembimbing rohani kepada pasien untuk tetap semangat menjalani
ikhtiarnya demi kesembuhannya dan penguatan mental kepada keluarganya untuk
tetap sabar dan ikhlas dalam merawat dan menjaga keluarganya yang sedang sakit
adalah proses utama dari semua proses pelayanan bimbingan rohani kepada pasien
rawat inap. Pembimbing rohani menyampaikan bahwasanya sakit itu bukanllah
sesuatu yang dikeluhkan karena melalui sakit dosa-dosa kita bisa digugurkan
oleh Allah SWT. keempat, pemberian
doa yangmana sebelumnya harus mampu mengkondisikan ruangan yakni sebelum
memulai untuk memberikan doa kepada pasien yang sedang sakit. ketika ruangan
sudauh cukup terkondisikan, maka pemberian doa bisa dilakukan. Kelima, penutup dimana sebelum
pembimbing rohani meninggalkan ruangan diharapkan menyapa satu persatu untuk
berpamitan dan memberikan salam dan sampaikan permintaan maaf yang bertujuan
agar pembimbing rohani memiliki kesan baik kepada pasien dan keluarganya.
Sehingga, pasien maupun keluarganya berkenan menginginkan pembimbing rohani
datang kembali mengunjunginya esok hari.
Pelayanan bimbingan rohani islam pada
pasien tidak selalu berjalan dengan baik dan lancar, ada beberapa faktor
penghambat yang menyebabkan pelayanan ini maksimal yakni tenaga pembimbing
rohani islam. Salah satu penghambat dikarenakan kurangnya maksimakl dalam
memberikan pelayanan bimbingan rohani islam kepada pasien menyeluruh.
Diharapkan segera mendapatkan pembimbiing rohani baru yang kemudian akan
diberikan kajian atau tarbiyah rutin supaya menjadi pembimbing rohani yang
profesional dan mumpuni dalam bidang tersebut. Dan kendala yang lain adalah terkait
jadwal pelaksanaan bimbingan rohani islam kepada pasien. Oleh karena itu,
pembimbing rohani diwajibkan memiliki rasa patuh terhadap aturan dan memiliki
rasa tanggung jawab yang tinggi terhadap tugas yang di jalani. Sehingga, pelaksanaan
bimbingan rohani tidak terbengkalai. Karena, apabila jadwal telah di buat namun
tidak ada rasa tanggung jawab dan rasa patuh pada diri sendiri. Maka, jadwal
yang telah dibuat tidak bisa berjalan dengan baik.
Daftar Pustaka
Prayitno.
Pelayanan Bimbigan di Sekolah. (Jakarta:
Ghalia Indonesia. 1977)
Jamaludin
Kafie. Psikologi Dakwah. (Bandung:
Bina Aksara. 1993)
Salim
Samsudin. Bimbingan Rohani Pasien Upaya
mensinergisitaskan Layanan Medis dan Spiritual di Rumah Sakit. (Semarang:
Pustaka Belajar 2005)
Koestoer
Partowisastro. Bimbingan dan Penyuluhan
Di Sekolah-sekolah Jilid II. (Jakarta: Erlangga. 1982)