Rabu, 06 Desember 2017


TEMA, JUDUL, DAN PARAGRAF DALAM BENTUK KARANGAN

Disusun guna memenuhi tugas

Bahasa Indonesia

Dosen Pembimbing: Ibu Chyndy Febrinda





 

















Oleh:

Nama      : Alfanita Nur Mukhlisoh

NIM       : 1401016021

Jurusan   : Bimbingan dan Penyuluhan Islam

                 (Bimbingan Rohani Islam)









                                                                                      

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

SEMARANG

2017


1.      Menentukan Tema dan Judul Karangan

Tema               : Layanan Bimbingan

Judul               : Layanan Bimbingan Rohani Islam Terhadap Pasien Di Rumah Sakit

  RSI Muhammadiyah Kendal.

2.      Pengumpulan Data

Dalam layanan bimbingan rohani Islam Agar dapat mencapai hasil secara efektif kepada pasien  di rumah sakit , kunci utamanya ada pada diri perawat rohani itu sendiri yangmana merupakan unsur utama untuk bisa meraih hasil yang baik. Maka, Perawat atau pembimbing rohani memiliki kriteria sebagai berikut;

1)   Memiliki pengetahuan tentang bimbingan secara umum

2)   Memiliki pengetahuan terkait Agama Islam secara mendalam

3)   Mampu membina hubungan baik dengan pasien, keluarga pasien maupun rekan kerja di rumah sakit.

4)   Memiliki keyakinan



3.      Bentuk Layanan Bimbingan Rohani Islam

1)      Rapport

2)      Pemberian tausyiah

3)      Penguatan mental

4)      Pemberian doa

5)      Penutup

4.      Kendala dalam Pelayanan Bimbingan Rohani Islam

1)      Tenaga pembimbing rohani Islam

2)      Jadwal bimbingan rohani Islam








Layanan Bimbingan Rohani Islam Terhadap Pasien

Di Rumah Sakit RSI Muhammadiyah Kendal.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia dalam Prayitno (2004:87) layanan berasal dari kata layan yang kata kerjanya adalah melayani yang mempunyai arti membantu menyiapkan (mengurus) apa-apa yang diperlukan seseorang; meladeni, menerima (menyambut) ajakan (tantangan serangan dsb). Jadi, Layanan adalah perihal cara melayani atau meladeni. Sedangkan, pengertian bimbingan secara harfiyah dalam Prayitno (2004:89) adalah menunjukkan, memberi jalan, atau menuntun orang lain ke arah tujuan yang bermanfaat bagi hidupnya di masa kini, dan masa mendatang. Prayitno (2004:93) mengungkapkan istilah bimbingan merupakan terjemahan dari kata bahasa Inggris guidance yang berasal dari kata kerja guide yang berarti menunjukan. Sedangkan, dalam buku W.S Winkel kata Guidance berasal dari bahasa Inggris yang dikaitkan dengan kata asal guide, yang diartikan menunjukkan jalan (showing the way); memimpin (leading); menuntun (conducting); memberikan petunjuk (giving instruction); mengatur (regulating); mengarahkan (governing); memberikan nasihat (giving advice) dalam Prayitno (2014:95). Dari definisi mengenai layanan dan juga bimbingan, Prayitno (2004:98) menyimpulkan yang dimaksud dengan layanan bimbingan adalah layanan yang berbentuk suatu model atau !rogram bimbingan yang diberikan agar peserta didik dapat dikembangkan secara optimal, baik aspek kognitif, aspek aspektif dan aspek psikomotor. Serta, Rohani Islam adalah bentuk kejiwaan yang terbentuk dari ajaran-ajaran Islam yang berisikan materi-materi yang disampaikan berdasarkan ajaran-ajaran Islam. Oleh karena itu, Bimbingan rohani Islam pada pasien adalah kegiatan yang di dalamnya terjadi proses bimbingan dan pembinaan rohani kepada pasien di rumah sakit sebagai upaya menyempurnakan ikhtiar medis dengan ikhtiar spiritual. Dengan tujuan memberikan ketenangan dan kesejukan hati yakni melalui dorongan motivasi, penguatan mental dan pemberian do’a untuk tetap bersabar, bertawakal dan senantiasa menjalankan kewajibannya sebagai hamba Allah.

Agar dapat mencapai layanan bimbingan rohani islam yang efektif kepada pasien  di rumah sakit , kunci utamanya ada pada diri perawat rohani itu sendiri yangmana merupakan unsur utama untuk bisa meraih hasil yang baik. Maka, Perawat atau pembimbing rohani memiliki kriteria sebagai berikut; pertama, memiliki pengetahuan tentang bimbingan secara umum. Pembimbing rohani hendaklah menguasai materi, sehingga pengetahuannya cukup dalam hal-hal yang berkaitan dengan masalah bimbingan. Dan pembimbing rohani hendaknya menguasai metode dan strategi yang tepat dalam menyampaikan bimbingan kepada pasien, sehingga pasien dengan tulus bisa menerima nasihatnya. Pembimbing rohani juga harus mampu membuka wawasan sehingga, tepat dalam pemberian pendekatan sesuai dengan permasalahan yang sedang dihadapi pasien. Kedua, memiliki pengetahuan terkait Agama Islam secara mendalam. Hendaknya pembimbing rohani menguasai materi khususnya dalam masalah keilmuan Agama Islam, sehingga pengetahuannya mencukupi dalam hal-hal yang berkaitan dengan masalah keagamaan. Dan mengamalkan nilai-nilai agama Islam dengan baik dan konsekuen, tercermin melalui keimanan, ketakwaan dan pengalaman keagamaan dalam kehidupannya sehari-hari. Sehingga, pembimbing rohani mampu mentransfer kaidah-kaidah agama Islam secarab garis besar yang relevan dengan masalah yang dihadapi pasien. Dengan diimbangi kepribadian pembimbing rohani dengan pribadi yang terpuji sebagai teladan dalam perilaku baik ditempatnya bekerja maupun diluar tempat bekerja yakni pendekatan perilaku terpuji sebagai uswatun khasanah”, yang mampu menegakkan amar ma’ruf nahi munkar. Ketiga, bisa membina hubungan baik dan mendalam dengan orang lain. Pembimbing rohani mampu memperlihatkan kebaikan kepada orang lain, yakni kebaikan yang mengandung melindungi dan menjaga orang lain dengan memperlihatkan secara bebas tanpa ada perasaan khawatir akan memperoleh reaksi negatif dari orang lain. Keempat, memiliki keyakinan yaitu Sebagai awal, diharapkan bahwa seorang konselor mempunyai gagasan yang cukup jelas menyangkut keyakinan tentang hidup, manusia, dan masala-masalah.

Layanan Bimbingan Rohani Islam mempunyai bentuk-bentuk pelayanan bimbingan rohani Islam sebagai berikut: Pertama, dalam bentuk rapport yakni pendekatan awal untuk membangun kedekatan dengan pasien dan keluarganya. Hal ini bisa dilakukan dengan cara menerapkan salam, sapa dan senyum, kemudian berikan pertanyaan-pertanyaan ringan seputar kondisi pasien pada hari tersebut dan selanjutnya disambung dengan beberapa pertanyaan mengenai penyakit pasien. Supaya lebih efektif, pembimbing rohani harus bisa membaca situasi dan kondisi dalam ruangan pasien, ketika pasien sedang tidur atau tidak bisa diajak berkomunikasi hendaknya pembimbing rohani tidak memaksakan dan lebih baik berkomunikasi dengan keluarga pasien. Rapport ini harus dibangun oleh pembimbing rohani supaya dalam melaksanakan proses selanjutnya mudah, ketika pasien dan keluarganya terbuka serta secara suka rela menerima kehadiran pembimbing rohani, maka pelaksanaan bimbingan ronaiahnya akan mampu menunjang dalam proses penyembuhan pasien rawat inap tersebut. Pendekatan kepada pasien atau keluarga pasien bisa dilakukan dengan memberikan pertanyaan terbuka seperti ”bagaimana keadaan ibu atau bapak hari ini?”, hal itu dilakukan oleh pembimbing rohani secara tatap muka dan dari pasien satu ke pasien lainnya. Pendekatan juga bisa dilakukan dengan memberikan sentuhan kepada pasien yang tidak mengalami penyakit menular, sentuhan tersebut akan membuat pasien merasa diperhatikan dan merasa nyaman dengan kedatangan pembimbing rohani. Kedua, pemberian tausyiah yangmana disesuaikan dengan kondisi pasien dan menggunakan bahasa-bahasa yang ringan dan mudah dimengerti oleh pasien maupun keluarganya. Waktu tausyiah juga disesuaikan dengan situasi pada saaat diruangan tersebut, apabila efektif untuk dilakukan lebih lama, maka bisa dilakukan tausyiah 2-5 menit, akan tetapi apabila situasi pada saat bimbingan kurang mendukung seperti; pasien sedang perawatan atau sedang tidur, sedang kritis, dan sedang berada di dalam ruangan sedang ramai tidak terkondisikan apalagi dari pihak keluarga tidak menerima adanya bimbingan rohani islam. Maka, tausyiah cukup diberikan sekedarnya saja, bahkan bisa tidak diberikan apabila sangat tidak mendukung untuk dilakukan tausyiah. Materi dalam tausyiah adalah mengenai bimbingan orang yang sakit yaitu perilaku sabar dan ridho serta tawakal. Ketiga, penguatan mental atau pemberian motivasi oleh pembimbing rohani kepada pasien untuk tetap semangat menjalani ikhtiarnya demi kesembuhannya dan penguatan mental kepada keluarganya untuk tetap sabar dan ikhlas dalam merawat dan menjaga keluarganya yang sedang sakit adalah proses utama dari semua proses pelayanan bimbingan rohani kepada pasien rawat inap. Pembimbing rohani menyampaikan bahwasanya sakit itu bukanllah sesuatu yang dikeluhkan karena melalui sakit dosa-dosa kita bisa digugurkan oleh Allah SWT. keempat, pemberian doa yangmana sebelumnya harus mampu mengkondisikan ruangan yakni sebelum memulai untuk memberikan doa kepada pasien yang sedang sakit. ketika ruangan sudauh cukup terkondisikan, maka pemberian doa bisa dilakukan. Kelima, penutup dimana sebelum pembimbing rohani meninggalkan ruangan diharapkan menyapa satu persatu untuk berpamitan dan memberikan salam dan sampaikan permintaan maaf yang bertujuan agar pembimbing rohani memiliki kesan baik kepada pasien dan keluarganya. Sehingga, pasien maupun keluarganya berkenan menginginkan pembimbing rohani datang kembali mengunjunginya esok hari.

Pelayanan bimbingan rohani islam pada pasien tidak selalu berjalan dengan baik dan lancar, ada beberapa faktor penghambat yang menyebabkan pelayanan ini maksimal yakni tenaga pembimbing rohani islam. Salah satu penghambat dikarenakan kurangnya maksimakl dalam memberikan pelayanan bimbingan rohani islam kepada pasien menyeluruh. Diharapkan segera mendapatkan pembimbiing rohani baru yang kemudian akan diberikan kajian atau tarbiyah rutin supaya menjadi pembimbing rohani yang profesional dan mumpuni dalam bidang tersebut. Dan kendala yang lain adalah terkait jadwal pelaksanaan bimbingan rohani islam kepada pasien. Oleh karena itu, pembimbing rohani diwajibkan memiliki rasa patuh terhadap aturan dan memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi terhadap tugas yang di jalani. Sehingga, pelaksanaan bimbingan rohani tidak terbengkalai. Karena, apabila jadwal telah di buat namun tidak ada rasa tanggung jawab dan rasa patuh pada diri sendiri. Maka, jadwal yang telah dibuat tidak bisa berjalan dengan baik.     


Daftar Pustaka

Prayitno. Pelayanan Bimbigan di Sekolah. (Jakarta: Ghalia Indonesia. 1977)

Jamaludin Kafie. Psikologi Dakwah. (Bandung: Bina Aksara. 1993)

Salim Samsudin. Bimbingan Rohani Pasien Upaya mensinergisitaskan Layanan Medis dan Spiritual di Rumah Sakit. (Semarang: Pustaka Belajar 2005)

Koestoer Partowisastro. Bimbingan dan Penyuluhan Di Sekolah-sekolah Jilid II. (Jakarta: Erlangga. 1982)


Minggu, 04 Juni 2017

Evaluasi BK (CIPP)




TUGAS UJIAN AKHIR SEMESTER
OBSERVASI DI MAN KOTA TEGAL
PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING KARIR
”Diajukan Memenuhi Tugas Mata Kuliah Evaluasi Program Bimbingan dan Konseling”
Dosen: Anila Umriana, M.Pd.


Disusun Oleh:
Alfanita Nur Mukhlisoh
(1401016021)
BPI A.5


FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
                                                    2016 





LAPORAN EVALUASI
PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING KARIR
(STUDI KASUS DI MAN KOTA TEGAL)

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dimana dalam UU Sisdiknas disampaikan pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan sarana belajar dan proses pembelajaran agar, peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya dan menegaskan bahwa konselor adalah pendidik. Selain itu dinyatakan bahwa paradigma pembiasaan yang harus dibangun adalah pemberian keteladanan, pembangunan kemauan dan pengembangan kreativitas dalam konteks kehidupan sosial kultural sekolah. Dan setiap satuan pendidikan formal dan non-formal  menyediakan sarana dan prasarana.
Berdasarkan Permendiknas Nomor 19 tahhun 2007 tentang standar pengelolaan dimana sekolah harus memiliki rencana kerja sekolah (RKS), yang disana terdapat program pengembangan diri yang mencakup tugas pelayaanan bimbingan dan konseling.
Menurut Marsudi (2003:113),bimbingan karir adalah  suatu perangkat, lebih tepatnya suatu program yang sistematik, proses, teknik, atau layanan yang dimaksudkan untuk membantu individu memahami dan berbuat atas dasar pengenalan diri dan pengenalan kesempatan-kesempatan dalam pekerjaan, pendidikan, dan waktu luang, serta mengembangkan keterampilan-keterampilan mengambil keputusan sehingga yang bersangkutan dapat menciptakan dan mengelola perkembangan karirnya.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka  evaluator memiliki ketertarikan yang tinggi untuk melakukan penilaian tentang program bimbingan konseling karir dengan mengambil studi kasus di MAN Kota Tegal.
B.     Tujuan Evaluasi
Sesuai dengan fokus penilaian yang ada di atas, maka tujuan dari penilaian ini adalah:
1.      Untuk mengetahui konteks program bimbingan dan konseling karir yang dilakukan di MAN Kota Tegal.
2.      Untuk mengetahui input atau masukan pada program bimbingan dan konseling karir di MAN Kota Tegal yang dilakukan.
3.      Untuk mengetahui proses dalam program bimbingan dan konseling karir di MAN Kota Tegal yang dilakukan.
4.      Untuk mengetahui produk atau hasil program bimbingan dan konseling karir di MAN Kota Tegal.
C.     Sasaran Evaluasi
Adapun sasaran atau obyek evaluasi difokuskan pada keterlaksanaan layanan bimbingan dan konseling karir di MAN Kota Tegal yang meliputi empat komponen yaitu context,input, process, product (CIPP).
D.    Pendekatan atau Model Evaluasi
Dalam evaluasi ini menggunakan model evaluasi CIPP. Model evaluasi ini dikembangkan oleh Daniel Stuffleabem, dkk (1967) di Ohio State University. Model CIPP adalah model evaluasi yang merancang program yang dievaluasi sebagai sebuah sistem.
Alasan menggunakan model ini yakni karena model ini bersifat mendasar, menyeluruh dan terpadu serta dapat melakukan perbaikan selama program berjalan maupun dapat memberikan informasi final.
Evaluasi program bimbingan konseling karir di MAN Kota Tegal terfokuskan pada empat komponen sesuai pada model evaluasi CIPP yaitu pada konteks, masukan, proses dan hasil, karena adanya saling keterkaitan.
E.     Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam evaluasi ini adalah observasi dan wawancara.
F.      Teknik Analisa Data
Teknik analisa data dilakukan dengan teknik kualitatif yaitu digunakan untuk menganalisa data hasil wawancara dan observasi serta digunakan untuk memperkaya informasi mengenai aspek produk.


BAB II
PELAKSANAAN DAN HASIL EVALUASI
A.    Tahap Persiapan Evaluasi
1.      Menetapkan aspek-aspek yang di evaluasi
Aspek-aspek yang dijadikan sasaran evaluasi adalah keseluruhan program bimbingan dan konseling karir yang di laksanakan di MAN Kota Tegal, meliputi; layanan informasi dan layanan konseling serta layanan sarana dan prasarana pendukung kegiatan dalam program bimbingan dan konseling karir.
2.      Menetapkan kriteria keberhasilan
a.       Konteks, evaluasi bimbingan dan konseling karir di MAN Kota Tegal.
b.      Input, Guru BK dan Siswa-siswi MAN Kota Tegal.
c.       Proses, kegiatan bimbingan dan konseling karir di MAN Kota Tegal.
d.      Hasil, keterlaksanaannya layanan program bimbingan dan konseling di MAN Kota Tegal dengan baik, individu mampu memahami dan berbuat atas dasar pengenalan diri dan pengenalan kesempatan-kesempatan dalam pekerjaan, pendidikan, dan waktu luang, serta dapat mengembangkan keterampilan-keterampilan, mengambil keputusan sehingga yang bersangkutan dapat menciptakan dan mengelola perkembangan karirnya.
3.      Menetapkan alat atau instrumen evaluasi
1.      Untuk mengevaluasi context evaluasi, dilakukan dengan mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan suatu objek dengan teknik wawancara dan observasi. Wawancara dilakukan kepada salah satu Guru BK di MAN Kota Tegal yang bernama Pak. Dik. Adapun draf wawancara sebagai berikut;
1)      Berapakah jumlah guru BK di MAN Kota Tegal?
Jawab: “Alhamdulillah, ada empat diantaranya ada Pak. Shobirin, Bu. Anis, Bu. Titi dan Saya sendiri.”
2)      Berapakah jumlah Siswa-siswi untuk saat ini, di setiap kelasnya dan terdapat berapa kelas untuk belajar Siswa-siswi di MAN Kota Tegal?
Jawab: “Alhamdulillah, meningkat. Jadi, setiap kelas terdapat 42 Siswa-siswi dengan masing-masing jumlah kelas (X,XI,XII dengan jurusan IPA, IPS dan Agama) ada 10 kelas dan total ada 30 kelas.”
3)      Apakah efektif saat proses kegiatan bimbingan dan konseling berlangsung ke setiap kelas dengan jumlah Siswa-siswi yang lumayan banyak sedangkan guru BK hanya empat orang?
Jawab: “Sebetulnya ya kurang efektif. Karena, untuk ukuran normalnya satu guru BK melakukan bimbingan dan konseling karir yaitu bertanggung jawab pada tujuh atau delapan kelas. Namun, berhubung hanya terdapat empat guru BK jadi, conditional saja yakni bertanggung jawab mulai dari enam hingga sembilan kelas.”
4)      Apa saja macam-macam atau fokusan dalam bimbingan dan konseling di MAN Kota Tegal?
Jawab: “Disini macam-macam bimbingan dan konselingnya ada beberapa bimbingan diantaranya; bimbingan konseling belajar, konseling bimbingan karier dan bimbingan konseling pribadi (bagi Siswa-siswi yang bermasalah).”
5)      Apakah dalam memberikan bimbingan dan konseling terdapat waktu atau jam tersendiri pak?
Jawab:“Tidak, disini conditional saja. Apabila terdapat jam pelajaran yang kosong maka dilakukan bimbingan dan konseling karir, seringnya di sela waktu setelah olahraga.”
6)      Bagaimana respon Siswa dan siswi terhadap bimbingan dan konseling karir?
Jawab: “sebagian ada yang sangat antusias dengan adanya program ini, sebagian ada juga yang tidak peduli dengan hal tersebut atau bahkan hanya mengikuti teman-temannya.”
a.       Untuk mengevaluasi input evaluasi dilakukan dengan observasi. Dimana Siswa-siswi dalam penilaian diri dan mengembangkan keterampilan-keterampilan dengan sarana dan prasarana serta kegiatan yang ada di MAN Kota Tegal.
b.      Untuk mengevaluasi proses evaluasi dilakukan dengan observasi dan wawancara. Dalam observasi yakni evaluator mengobservasi kesesuaian antara program dengan pelaksanaan dan mengobservasi keterlaksanaan program. Sedangkan, dalam wawancara dimana untuk mengetahui hambatan yang ditemui dalam bimbingan dan konseling karir. Berikut ini teks wawancaranya;
Saya:”Hambatan-hambatan apa sajakah yang di temui selama proses bimbingan dan konseling karir dilaksanakan?”
Jawab:“sudah jelas kurangnya guru BK, pengaruh teman-teman, pengaruh orangtua. Dimana, keduanya berbeda pandangan dan arahan dengan guru BK.”
c.       Untuk mengevaluasi hasil evaluasi dilakukan dengan teknik analisis kualitatif yakni digunakan untuk memperkaya informasi mengenai aspek produk. Dalam evaluasi hasil bertujuan untuk menilai pencapaian program selama pelaksanaan program dan sebagai sebuah kesimpulan.

B.     Tahap pelaksanaan evaluasi
1.      Profil singkat lembaga
Evaluasi di lakukan di MAN Kota Tegal yang berlokasi di jalan Pendidikan Pesurungan Lor Margadana, Kota Tegal, Jawa Tengah. Kode pos 52117. Sekolah ini merupakan salah satu sekolah yang cukup berkembang dan diminati. Hal ini terlihat pada jumlah Siswa-siwsi yang setiap tahun mengalami peningkatan yakni dari tiga puluh dua Siswa-siswi menjadi empat puluh dua Siswa-siswi dalam periode 2011 sampai 2016.Kemudian, jumlah guru BK di MAN Kota Tegal terdapat empat Guru. Fasilitas yang dimiliki MAN Kota Tegal, sebagai berikut;
1.        30 ruang kelas (X,XI,XII) Siswa-siswi untuk belajar dengan masing-masing kelas terdapat jurusan IPA ada 4 kelas, jurusan IPS ada 4 kelas, dan jurusan Agama ada 2 kelas.
2.        Ruang Guru
3.        Ruang TU
4.        1 laboratorium komputer
5.        2 laboratorium bahasa
6.        1 laboratorium komputer
7.        1 ruang musik
8.        1 ruang kesenian atau keterampilan
9.        1 ruang koperasi
10.    2 kantin
11.    1 ruang BK
12.    1 Masjid Nurul Hikmah
13.    1 Gedung perpustakaan (AC)
14.    12 Kamar mandi Siswa-siswi
15.    2 Kamar mandi khusus Guru-guru
16.    Hotspot area MAN Kota Tegal
17.    Lapangan olahraga dimana tersedia ring basket, bak pasir untuk lompat jauh, ring besi untuk melatih kekuatan otot tangan, meja permainan bola ping-pong, net bola voly, 2 gawang sepak bola.
Dengan berbagai macam ekstrakulikuler diantaranya;
1.      Pencak Silat
2.      Karate
3.      Bola Voly
4.      Bola Basket
5.      Sepak Bola
6.      Futsal
7.      PMR
8.      Rohis
9.      Tata boga
10.  Musik
11.  Busana
12.  Ping-pong
13.  Pramuka
           Program BK di MAN Kota Tegal mendapat perhatian yang cukup baik dari berbagai pihak, baik Siswa-siswi maupun personil sekolah yang lain. Hal ini ditandai dengan Siswa-siswi yang terarahkan dalam prospek pandangan kedepan dan dapat menilai diri serta mampu mengembangkan keterampilan-keterampilannya. Sehingga,menjadi lebih bersemangat.
2.      Gambaran tentang proses evaluasi dilakukan, meliputi;
1)      Waktu evaluasi yakni dilakukan selama dua hari, yaitu pada hari/tanggal jumat, 9 Desember 2016 dan  sabtu, 10Desember 2016. Langkah-langkah yang dilakukan evaluator adalah mengobservasi di lingkungan MAN Kota Tegal, mewawancarai salah satu guru BK dan mencatat data-data yang di perlukan, menganalisis mengevaluasi data yang telah di peroleh, dan memberikan kesimpulan atau hasil akhir dalam evaluasi.
2)      Tempat evaluasi di MAN Kota Tegal.
3)      Prosedur yang dilakukan secara bertahap.
4)      Proses pengumpulan data dengan pengamatan atau observasi dan wawancara.

C.     Tahap analisa hasil evaluasi
1.      Temuan lapangan
Berdasarkan evaluasi yang dilakukan, diperoleh sebagai berikut;
1)      Hasil wawancara dengan guru BK di MAN Kota Tegal
2)      Hasil observasi di lingkungan MAN Kota Tegal
2.      Analisa data
1)      Siswa-siswi antusias dengan adanya kegiatan bimbingan dan konseling karir yang ditujukan sebagai arahan atau prospek kedepannya yang lebih baik dalam penilaian diri dan mengembangkan keterampilan.
2)      Orangtua termasuk salah satu pendukung bagi Siswa-siswi.
Kesimpulan, guru BK dan orangtua sangat memberikan pengaruh dalam dukungan dan arahan untuk prospect kedepannya. Jadi, antara guru BK dan orangtua harus memiliki kerjasama yang searah. Apabila, tidak searah maka, akan berdampak negative bagi Siswa-siswi.
3.      Hambatan-hambatan pelaksanaan program
Berdasarkan temuan dilapangan, pengelola program mengalami beberapa hambatan atau kendala dalam menjalankan program BK karir di MAN Kota Tegal, yaitu;
1)      Kurangnya waktu yang pasti untuk melaksanakan bimbingan dan konseling karir.
2)      Masih perlunya menimba ilmu untuk guru-guru BK mengenai BK itu sendiri. Dimaksudkan, agar dalam proses bimbingan dan konseling karir kepada Siswa-siswi lebih maksimal.
3)      Minimnya Guru bimbingan dan konseling karir.

  
BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Berdasarkan evaluasi yang dilakukan dengan menggunakan observasi dan wawancara yangmana memfokuskan pada Bimbingan dan Konseling Karir maka dapat ditarik kesimpulan;
1)      Pentingnya bimbingan dan konseling karir untuk Siswa-siswi MAN Kota Tegal.
2)      Perlunya tambahan untuk guru BK di MAN Kota Tegal.
3)      Membutuhkan waktu tersendiri untuk dilakukannya bimbingan dan konseling kepada Siswa-siswi di MAN Kota Tegal.
B.     Keputusan
Berdasarkan temuan dan hasil analisa maka dapat diambil keputusan bahwa;
1)      Pelaksanaan layanan orientasi karir sangat dibutuhkan Siswa-siswi MAN Kota Tegal
2)      Pelaksanaan layanan konseling karir dinilai kurang efektif yakni ditandai dengan kurangnya guru BK dan waktu tersendiri untuk dilakukannya bimbingan dan konseling karir di MAN Kota Tegal. Oleh karena itu, perlunya ditata ulang dan dilakukan perbaikan.
C.     Hambatan evaluasi dan Saran-saran
1.      Hambatan yang dialami selama proses evaluasi adalah:
1) Tahap perencanaan evaluator mengalami kesulitan dalammelaksanakanbimbingankonselingkarirkarenakurangnyatenagakerjauntuk guru BK.  
2)  Tahap pelaksanaan evaluator tidak dapat melaksanakan sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan karena waktu yang adasangat conditional.
2.      Saran dan rekomendasi, sebagai berikut;
1)      Alangkah lebih baiknya apabila untuk kegiatan dalam pemberian bimbingan dan konseling karir diberikan atau ada jam tambahan khusus.
2)      Kepada pihak kepala sekolah hendaknya dari pihak guru BK memberikan usulan agar menambah jam khusus untuk pemberian bimbingan dan konseling karir.
3)      Perlunya bagi guru BK menambah dan menimba ilmu terkait BK agar kedepannya dalam program dan layanan BK karir mampu lebih baik lagi.